Musik di Bait Allah


“Juga diangkatnya dari orang Lewi itu beberapa orang sebagai pelayan... TUHAN, Allah Israel dan menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi-Nya.. .Yeiel yang harus memainkan gambus dan kecapi, sedang Asaf harus memainkan ceracap” (1 Tawarikh 16:4,5).

Bukan hal yang mengejutkan apabila Daud, 'pemazmur yang disenangi di Israel" (2 Sam 23:1), sangat memperhatikan musik yang digunakan dalam menyembah Allah, la bukan hanya pemain musik istana yang berpengalaman (di istana Raja Saul, Anda ingat?) tapi juga seorang penulis lagu yang berbakat Para ahli Perjanjian Lama mengaitkannya dengan terbentuknya kelompok musik Bait Allah.

Sejak zaman Perjanjian Lama, musik telah menjadi bagian dari ibadah penyembahan. Sejak saat itu menyanyikan lagu-lagu pujian atau memainkannya dengan alat musik telah menjadi bagian tak terpisahkan untuk menyembah dan memuji Allah, serta menambah kekhidmatan ibadah umat-Nya.

Musik yang dimainkan di Timur Dekat kuno mungkin terdengar aneh dan kurang harmonis bagi telinga kita. Tetapi penelitian baru-baru ini menemukan bahwa musik Timur Dekat kuno tidak sepenuhnya buruk bagi citarasa orang Barat (sebagai contoh, Anda dapat membuka situs: www.oeaw.ac.at/kal/mane/ [khususnya dengarkan RS h 6] atau www.mythinglinks.org/neareast.html [perhatikan Human Hymn di bagian bawah situs ini].) Orang Yahudi bukan satu-satunya bangsa Timur Dekat yang menggunakan musik untuk mendukung ritual penyembahan mereka. Orang Mesir, Mesopotamia, dan Kanaan juga melakukannya. Apakah Anda tahu bahwa petikan musik paling awal yang diketemukan memiliki usia yang sama dengan abjad dalam bentuknya yang paling awal juga—sebuah lagu pujian kepada Nikkal, seorang dewi bulan?

Saat ini hampir tidak mungkin bagi seorang ahli arkeologi musik untuk mengetahui dengan tepat bagaimana bunyi musik Timur Dekat kuno sebenarnya, tapi mereka mengetahui bahwa alat musik yang digunakan mencakup senar, tiupan; dan alat-alat perkusi. Diduga setidaknya beberapa musik religius ini memiliki irama ketukan yang kuat, yang membantu para penyembah untuk mencapai kondisi gembira yang luar biasa, seperti yang dialami Daud ketika ia menari di depan tabut sampai membuat malu Mikhal anak perempuan Saul (2 Sam 6:16). atau ketika Elisa meminta seorang pemain harpa untuk membantunya mendapatkan inspirasi (2 Raj 3:15).

Seperti dicatat sebelumnya, nampaknya Allah dapat menerima perbedaan budaya kita masing-masing, seperti juga ekspresi musikal kita dalam penyembahan jadi marilah kita bersikap lebih toleran terhadap mereka yang memiliki selera musik rohani yang berbeda dengan kita.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan