Nama-nama Allah

“Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri”
(Keluaran 6:3).

Nama Allah YHWH kemungkinan berasal dari sebuah kata kerja Ibrani kuno “adalah” dan kemungkinan pula berarti “Aku yang adalah Aku,” “Aku akan ada yang Aku akan ada,” “la menyebabkan segala yang ada,” “Yang Kekal,” atau “Yang Ada dengan Sendirinya.” Tapi ia juga dikenal dengan nama-nama lain.

El dan Elohim—Dua nama ini adalah bentuk tunggal dan jamak dari akar kata Allah. El juga digunakan untuk dewa-dewa Mesopotamia, Kanaan, Mesir, dll.

El Shaddai—Dihubungkan dengan para bapa, nama ini sering diterjemahkan menjadi “Allah yang Mahakuasa.” Artinya adalah Allah buah dada tetapi dengan pengertian bahwa buah dada di sini berarti pegunungan, seperti nama Taman Nasional Grand Teton (Teton berasal dari bahasa Perancis dengan arti dan makna yang sama dengan Shaddai. Ed.) Di Timur Dekat kuno, dewa-dewa diasosiasikan dengan pegunungan, tempat di mana diperkirakan mereka tinggal.

El Elyon—Aslinya ini adalah nama dewa yang disembah oleh para penyembah berhala di Yerusalem sebelum Daud menaklukkannya. Nama ini berarti “Allah Mahatinggi.” Ketika Yerusalem menjadi “Kota Daud,” El Elyon diterapkan menjadi nama Allah Israel.

El Olam—Ini adalah nama dewa Kanaan yang disembah di sekitar Bersyeba. Artinya “Allah Keabadian.” Begitu Bersyeba menjadi bagian wilayah Bangsa Israel, nama itu digunakan untuk Allah dalam Kitab Suci.

El Berith—Nama yang pantas ini berarti “Allah Perjanjian.” Ini adalah nama dewa orang Sikhem di Kanaan. Seperti El Olam, nama ini pun kemudian merujuk kepada Allah Kitab Suci. 

Masih ada nama-nama lain dari Allah di Perjanjian Lama.

Para perintis Gereja Advent merasa terganggu oleh nama-nama hari dalam seminggu karena mengandung nama-nama dewa berhala—Sunday (dewa matahari), Moonday (dewa bulan), dst., sehingga mereka memilih untuk menyebutnya hari pertama, hari kedua, hari ketiga, dst. Beberapa umat Advent saat ini pun terganggu karena perayaan Natal dan Paskah berakar dari penyembahan berhala.

Banyak orang Kristen yang gemar mengutip nama-nama Allah yang beragam itu, tanpa menyadari asal muasal nama-nama tersebut. Menurut saya, mereka menggunakan banyak nama Allah untuk menunjukkan betapa “liberal” mereka. Namun Allah Alkitabiah pun rupanya cukup "liberal” untuk mengambil nama-nama dewa berhala tersebut.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan