Pesan dari Dalam Kemah

“Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia” (Imamat 1:3).

Marilah melihat sejenak tentang Kemah Pertemuan dan pernak-perniknya, Pertama, halaman di sebelah dalam dinding kain. Di sebelah luar, tidak ada kegiatan yang berarti. Orang Israel membawa hewan korbannya ke halaman sebelah dalam kemah.

Kedua, ada sebuah ruangan tertutup tirai yang disebut bilik yang kudus. Ruang ini dipercaya lebih suci daripada pelataran kemah. Hanya para imam yang boleh memasuki bilik yang kudus.

Ketiga, bilik yang mahakudus sebagai tempat yang paling suci di dalam kemah. Bila bilik yang kudus boleh dimasuki oleh imam mana pun, bilik yang Mahakudus hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar, dan hanya dimasuki sekali dalam satu tahun yaitu pada Hari Pendamaian.

Setiap ruangan memiliki peralatan khusus. Sebuah altar perunggu untuk korban bakaran berdiri di dalam halaman kemah. Di altar, inilah hewan-hewan dibakar setelah disembelih. Di antara altar perunggu ini dengan jalan masuk ke bilik yang kudus terdapat sebuah wadah perunggu, tempat para imam mencuci tangan dan kaki sebelum memulai pelayanan mereka.  Di dalam bilik yang Kudus terdapat tiga-peralatan upacara yang terbuat dari emas: sebuah meja roti, sebuah altar dupa, dan sebuah kaki dian. Karena dinding kemah tidak memiliki jendela, bilik yang kudus menjadi cukup gelap, dan cercah cahaya (untuk menerangi imam yang sedang bekerja) hanya berasal dari lampu minyak, sebagai lambang dari RohKudus, yang memungkinkan terlaksananya karya keselamatan, Roti pertunjukan di meja diganti setiap hari Sabat dan rupanya melambangkan Allah, sang sumber kehidupan. Dan asap dari dupa yang dibakar mengiringi doa-doa yang dipanjatkan.

Bilik yang mahakudus berisi hanya sebuah perabot—tabut perjanjian. Di dalam tabut ada sebuah loh batu yang berisi Sepuluh Firman. Di atas penutup tabut berdiri dua kerub dengan kepala yang menunduk—“takhta anugerah,” simbol dari takhta Allah.

Banyak penafsiran mengenai “makna” dari benda-benda yang berada di dalam kemah suci. Beberapa di antaranya bersifat sangat alegoris (menafsirkan semuanya sebagai simbol). Mungkin akan lebih baik bila kita melihat dalam gambaran besarnya. Kemah suci (kemudian bait suci) menunjukkan bahwa segala sesuatunya dirancang untuk keselamatan kita, dan mungkin hanya itu yang perlu kita tahu.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan