Darah Perjanjian
"Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: 'Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini”' (Keluaran 24:8).
Inti dari tuntutan Musa kepada umat Israel ketika dia memeteraikan janji kudus mereka untuk memenuhi kewajiban perjanjian mereka adalah, "pandanglah darah!" Dan hal itu, secara ringkas, merupakan tuntutan utama Bapa kepada manusia yang hilang sejak kejatuhan tragis di Eden.
"Pandanglah darah" terus berlanjut sebagai seruan panggilan keselamatan dari permulaan mezbah di Eden hingga penghapusan korban fisik ketika Anak Domba yang sesungguhnya mencurahkan darah-Nya. Ketika imam dengan sadar mengangkat pisaunya untuk menyembelih korban lainnya dan Juruselamat berseru, "Sudah selesai," bumi bergetar dan korban pengganti melepaskan diri sementara korban yang sebenarnya berakhir.
Tapi ketika pertemuan "yang sebenarnya dengan kiasan" mengakhiri perjanjian lama dan dimeteraikannya yang baru, hal itu tidak mengurangi peran darah yang disoroti. "Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus" (Ibr. 9:13,14).
Tapi mengapa darah? Karena darah adalah pembawa kehidupan; alirannya melalui sistem tubuh memberi kekuatan dan menopang kesadaran dan energi. Darah yang dialirkan dan didistribusikan dengan baik, melindungi dari kerusakan dan penyakit, menjamin vitalitas manusia. Tidak ada substansi atau sistem lainnya; yang berbicara mengenai sifatnya yang memberi kehidupan sebagai pemberian Yesus, hidup-Nya sendiri. Inilah alasan mengapa persembahan Kain tidak diterima; tumbuh-tumbuhan tidak dapat menghasilkan darah. Darah Yesuslah yang membuat pengorbanan itu menjadi lebih besar; darah adalah fokus fundamental dari setiap elemen sistem korban dan perjanjian dengan Allah yang diperbesar.
Kita tidak lagi membangun mezbah dan menyembelih hewan yang melambangkan Kristus dengan mempersembahkan diri-Nya sendiri. Namun, upaya kita dalam nama-Nya harus ditandai: "Pandanglah darah!" Ini harus menjadi tema semua usaha Injil kita, peran yang mendominasi semua ajaran kita, semua rencana kita, dan semua kehidupan kita. Hal ini bisa dicapai bukan dengan berapa banyak yang kita katakan, tetapi dengan pertunjukan praktis prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam kehidupan dan kematian Anak Domba Allah.