Harapan Berkat
‘Selanjutnya kami tidak mau. saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan"(1 Tesalonika 4:13).
Harapan bahwa Yesus segera datang adalah dasar utama dari sukacita dan kesabaran Kristen. Kata-kata Paulus ditunjukkan kepada Tesalonika, ketika mereka kehilangan harapan. Mereka telah memulai perjalanan mereka dengan bahagia, jemaat berkembang. Mereka telah mendengar khotbah Paulus memberitakan perintah, salib, dan kedatangan, serta sejumlah besar utang telah bergabung dengan gereja. Mereka dibaptis bersama sama; mereka menghadiri Sekolah Sabat, berdoa bersama-sama, dan berkumpul bersama sama serta sangat berharap untuk bersama-sama diubahkan, baptisan bagi mereka tidak hanya simbol kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus, tetapi juga janji kekebalan dari kematian, dan mereka meminum anggur persekutuan mereka sebagai obat keabadian.
Tetapi kemudian bulan berganti menjadi tahun dan satu demi satu anggota gereja telah meninggal, mereka menjadi kecewa, sedih, dan tertekan. Harapan berkat telah menjadi harapan yang rusak; sehingga mereka 'dengan kesedihan... memandang untuk waktu yang terakhir pada wajah orang orang yang sudah mati, hampir tidak berani mengharapkan untuk bertemu dengan mereka dalam kehidupan yang akan datang” (Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 218).
Harapan mereka bukan hanya rusak, itu adalah harapan palsu dipicu oleh kesalahpahaman dan keinginan sendiri. Paulus tidak memberikan jaminan mutlak kedatangan Kristus di zaman mereka; itu jelas dari perannya sebagai milik Kristus, "Yang sudah mati untuk kita, entah kita berjaga- jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia" (1 Tes. 5:10). Apakah yang kemudian menjadi masalah? Jemaat Tesalonika telah menjadi begitu terpesona oleh "keindahan" keselamatan bahwa mereka telah kehilangan kepercayaan bahwa keselamatan hanya dari Allah dan kehendak-Nya untuk hidup mereka.
Jadi bagaimanakah dengan Anda dan saya? Apakah dalam hidup kita. kita begitu berpusat pada pemberian surgawi yang kita rencanakan ketika Dia datang kembali dengan sangat pasti itu? Ataukah kita percaya Keilahian-Nya yang sempurna itu, bahkan jika kita harus tidur, kita akan berbaring dalam keyakinan dari kuasa kebangkitan-Nya dan memiliki keyakinan kuat bahwa surga, tidak peduli apa ketentuannya atau kapan itu tiba, adalah layak untuk dinantikan?
Jika itu adalah yang terakhir, kita telah mencapai iman tertinggi dan dapat merencanakan secara bijaksana akan hari esok sementara menjaga diri kita sendiri dengan menjadikan setiap hari sebagai hari terakhir
0 komentar :
Post a Comment