Pahala
"Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: 'Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?’“ (Matius 19:27).
Petrus, seorang yang penuh rasa ingin tahu dan berbicara terus terang sering menyebabkan tanggapan mengesankan dari Tuhan, hal itu terjadi lagi! Saat ini dia ingin tahu apa upah dari menjadi murid Yesus. Pertanyaannya adalah, “apakah yang akan kami peroleh? Kami telah meninggalkan pekerjaan kami, keluarga kami dan teman-teman kami untuk mengikuti Engkau. Apakah untungnya bagi kami? Jawab Yesus “Akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal” (Matius 19:28-30). Apakah Petrus salah ketika ia bertanya tentang upah dari pemuridan? Tidak, ia sebenarnya mengungkapkan harapan manusia yang masuk akal atas pengorbanan dan pelayanan yang mereka lakukan.
Seperti yang terdapat dalam Alkitab, Allah sendiri menggunakan prinsip sebab dan akibat untuk memotivasi dalam hal melakukan yang baik. Israel kuno telah dikatakan berulang kali bahwa kemakmuran mereka tergantung pada tanggapan mereka terhadap perintah Tuhan. Kesejahteraan keluarga mereka, kualitas bangsa mereka, bahkan kesuksesan dari generasi yang menggantikan mereka tergantung pada ketaatan mereka untuk menurut kehendak Allah. “Menurut perintah dan hidup, tidak menurut perintah pasti mati” adalah aturan yang jelas untuk mereka.
Hal yang sama bagi kita sekarang ini. Kita juga hidup dalam hubungan perjanjian dengan Allah kita yang mengasihi kita tanpa syarat, tetapi memberikan hadiah dengan syarat. Hadiah terbesar adalah hidup yang kekal—sukacita dan damai untuk selama-lamanya di dunia baru yang akan datang.
Kota Kanaan yang pada akhirnya dimasuki oleh orang Israel adalah kota yang sangat indah, tetapi itu tidak bebas dari bahaya dan kematian. Mereka tidak hanya berhadapan dengan tantangan ekonomi yang besar, tetapi juga berhadapan dengan pasukan dari bangsa yang besar. Kanaan yang akan kita pergi tidaklah seperti ini. Itu adalah tempat yang sangat aman dan damai. Tidak ada lagi bahaya saat menyeberangi sungai, tidak melewati lembah kekelaman, tidak ada gunung yang sukar untuk dilintasi, tidak ada hal yang jahat di sana. Kita dapat ke sana, kita harus ke sana; kita bisa, karena kasih karunia Allah, saat kita menginjakkan kaki kita dan meresmikan dengan nama kita sendiri oleh darah Yesus, kita akan berseru—mulia, mulia, akhirnya pulang ke rumah.
0 komentar :
Post a Comment