Memakan Domba
"Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit’’ (Keluaran 12:8)
Setiap rincian dari pengalaman Paskah memiliki arti penting bagi hubungan umat Israel dengan Allah. Namun, adalah penting bahwa daging harus dimakan. Membunuh domba itu tidak cukup; memanggang domba itu tidak cukup; domba harus dikonsumsi.
Tindakan ini melambangkan kebutuhan setiap orang percaya untuk menelan Firman Allah. Membeli Alkitab yang indah tidak cukup; memiliki berbagai versi Firman Allah di rak buku keluarga tidak cukup; pergi ke gereja pada hari Sabat dan mendengarkan Firman Allah yang diajarkan oleh orang yang telah mempelajari Alkitab lebih banyak lagi tidak cukup. Kita harus secara individu, serius, dengan penuh doa mengonsumsi isinya.
Firman itu adalah sumber kekuatan yang tidak terbatas. Kekuatan yang membawa cahaya dari kegelapan dan menjadikan dunia kita (Mazmur 33:9) dan sekarang tinggal dalam firman tertulis yang menciptakan orang kudus dari orang berdosa. Firman bukan hanya sumber pertobatan; itu adalah satu-satunya sumber pertobatan. Tanpa kekuatan firman yang memberi kehidupan, tidak akan ada hati yang keras dapat diremukkan, tidak akan ada kehendak keras kepala ditundukkan, tidak ada kehidupan kotor dibersihkan.
Kekuatan yang menciptakan juga menopang. Dunia kita tidak sekadar menjadi ada dan kemudian ditinggalkan dalam liku-liku waktu dan ruang. Planet bumi ditegakkan dan dikendalikan dalam orbitnya oleh kehendak Sang Pencipta, Tuhan. Kita tidak diciptakan kembali (ditebus) dan dibiarkan saja. Kekuatan dan kebijaksanaan untuk perjalanan kita sehari-hari berlimpah disediakan dalam firman-Nya; kita bisa menerimanya jika kita makan daging-Nya tidak secara ritual atau sedikit gigitan yang diukur, tetapi dengan semangat Daud, yang mengatakan: 'Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan" (Mzm. 119:16). Dan dengan Yeremia, yang dengan senang hati mengamati: "Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku" (Yer. 15:16).
Saya suka moto penginjil muda yang saya dengar ketika menasihati mereka yang baru saja dibaptis: 'Tidak ada Alkitab tidak ada sarapan; tidak ada Alkitab tidak ada tempat tidur." Prinsip yang sederhana ini penting bagi mereka yang baru dibaptis mau pun yang telah lama dibaptis.