Tidak Ada Tulang yang Patah


Paskah itu harus dimakan dalam satu rumah juga; tidak boleh kaubawa sedikit pun dari daging itu keluar rumah; satu tulang pun tidak boleh kamu patahkan" (Keluaran 12:46).

Dalam merefleksikan cara bagaimana kematian Kristus memenuhi elemen ini dalam proses Paskah, Yohanes menulis: "Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya..„ Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: ‘Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan”’ (Yoh. 19:33-36).

Mengapa kaki-Nya tidak boleh dipatahkan? Karena jika kematian-Nya seperti itu, proses kematian-Nya bagi kita akan batal— Dia ditakdirkan, oleh dosa-dosa kita, mati karena patah hati, bukan karena patah tulang. Selain itu, tubuh yang Dia tawarkan untuk dosa-dosa kita tidak akan diterima oleh Bapa kalau lumpuh, cacat atau rusak dengan cara apa pun. Diperlukan agar Tuhan kita mati dengan utuh secara fisik sebagaimana juga secara rohani.

Benar, kekerasan yang Ia derita selama penyiksaan merusak eksterior fisik-Nya. Tetapi penyaliban Kristus tidak mengurangi strukturalnya, kecuali di bagian akhir, jantung-Nya rusak. Cambuk yang mencungkil daging dari punggung-Nya, paku yang memaksa darah keluar dari vena-Nya, mahkota yang menembus alis mulia-Nya, dan pedang yang menusuk sisi tubuh-Nya yang lunak merusak tubuh yang tidak membawa penyakit atau cacat. Dia tidak hanya bersedia mati tetapi Juga mengorbankan dengan utuh.

Yesus utuh tidak hanya berkenaan dengan pribadi individu-Nya. Ia utuh sehubungan dengan identitas-Nya dengan manusia yang membutuhkan. Alkitab jelas tentang hal ini: "Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat Supaya kita diterima menjadi anak" (Gal 4.4,5). Dengan kata lain, Dia adalah salah satu dari kita; Dia, dan dalam arti sebenarnya, “tulang dari tulang... (kita) dan daging dari daging... (kita)" (Kej. 2:23), kita takluk terhadap godaan dan kematian, tetapi dengan tak berdosa Dia menaklukkan keduanya.

Bagaimanapun, dalam memberikan siasat utuh demi pelayanan-Nya bagi kita, tidak satu pun seperti di atas. Pelayanan-Nya sekarang ini adalah sebagai Pembela kita di hadapan Bapa. Dengan memohon darah-Nya yang membersihkan dan menawarkan jubah kebenaran-Nya, adalah tindakan bahwa Dia menyelesaikan (memenuhi) keselamatan kita dan menopang harapan kita dalam menggenapi janji-Nya untuk datang kembali.

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan