Renungan GMAHK 2 Mei 2017 

Saksi Bait Suci


"Salomo mulai mendirikan rumah Tuhan di Yerusalem di gunung Moria, di mana TUHAN menampakkan diri kepada Daud, ayahnya, ditempat yang ditetapkan Daud, yakni di tempat pengirikan Ornan , orang yebus itu" (2 Tawarikh 3:1).

Gunung Moria, juga dikenal dalam tradisi Yahudi sebagai “bukit bait suci,” berdiri tepat di seberang Bukit Zaitun. Abraham naik ke puncaknya ber­sama dengan Ishak di sana Allah mengucapkan perjanjian-Nya kepadanya se­hubungan dengan jumlah dan kesejahteraan keturunannya, dan di sana jugalah Daud memberikan persembahan untuk dirinya sendiri dan bagi bangsanya.
Kehadiran bait suci di ketinggian di atas lembah sekitarnya adalah yang paling menonjol dari Gunung Moria, Lokasi bait suci di puncak bukit merupakan perintah Allah sebagai cara untuk membangun visibilitas yang jelas mengenai kuasa dan hadirat-Nya di antara umat-Nya bagi para orang kafir yang ada disekitar mereka.
Yesus, Juruselamat kita, yang pelayanannya menunjuk kepada semua pera­turan di bait suci, kemudian mengatakan: “Kota yang terletak di atas gunung ti­dak mungkin tersembunyi.” (Mat, 5:14). Bait Salomo, dengan luas dinyatakan sebagai bangunan yang paling spektakuler yang pernah dibangun adalah tempat yang—merupakan benteng kemuliaan dan inspirasi bagi orang-orang Yahudi dan kesaksian yang menakjubkan bagi dunia yang bukan Yahudi.
Gereja zaman ini dipanggil untuk menjadi saksi seperti ini. Pekabaran kita akan Injil yang kekal, pernyataan kita mengenai awal nubuatan, gaya hidup kita yang bertentangan dengan budaya-termasuk pemeliharaan Sabat, memberikan persepuluhan, mengenai makanan dan kebiasaan berpakaian, semuanya ber­bicara dengan lantang kepada masyarakat di mana kita hidup. Ketika kita setia kepada kepercayaan kita, kesaksian itu akan bersinar terang di tengah kegelap­an masyarakat pasca modern kita. 
Sayangnya bagi bangsa Israel, kemurtadan, yang didorong oleh kesombong­an dan keserakahan, mengaburkan kesaksian mereka dan menyebabkan peno­lakan Allah atas keistimewaan mereka dan kehancuran tempat pertemuan yang sangat indah yang memahkotai Gunung Moria.
Pelajaran apakah yang ada di sana untuk kita? Semua janji Allah adalah ber­syarat: Keistimewaan bagi Allah bukanlah jaminan bagi perkenanan yang kekal dan “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut"(Luk 12:48).
Tuhan kita rindu untuk mengangkut umat-Nya dari Gunung Moria dari persekutuan rohani di bawah ke Bukit Sion kehidupan abadi di atas. Ini adalah kerinduan-Nya yang telah disampaikan kepada umat-Nya selama 2.000 tahun; belum ada generasi yang telah memosisikan dirinya untuk menjadi begitu di­hormati. Akankah kita bersedia?

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan