Iri Terhadap Orang Jahat
Apakah yang Amsal 23:17; 24:1, 2; dan 24: 19, 20 amarkan kepada kita?
Mengapakah seseorang iri kepada orang jahat? Kemungkinan besar itu bukan karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Sebaliknya, biasanya itu karena keuntungan langsung (kekayaan, sukses, kekuasaan) yang mereka peroleh melalui kejahatan mereka itulah yang orang-orang seringkali inginkan untuk diri mereka sendiri.
Sudah tentu, meskipun tidak setiap orang yang sukses atau kaya adalah jahat, beberapa ya-dan mereka kemungkinan besar adalah tipe orang-orang yang diamarkan kepada kita dalam ayat-ayat ini. Kita melihat hidup “baik” mereka dan, dari perspektif kita, khususnya ketika kita sendiri sedang berjuang, adalah mudah untuk iri pada apa yang mereka miliki.
Namun demikian, ini adalah suatu pandangan yang sangat sempit dan picik, Bagaimana pun juga, pencobaan dosa adalah hasil yang segera diperoleh: Kita menikmati kepuasan saat ini. Sebuah perspektif melampaui masa kini dapat melindungi kita dari pencobaan; yaitu, kita perlu melihat melampaui “keuntungan” yang langsung dari dosa kita dan memikirkan konsekuensi jangka panjang.
Selain itu, siapakah yang tidak melihat betapa merusaknya dosa itu? Kita tidak pernah lolos darinya. Kita mungkin bisa menyembunyikannya dari orang lain sehingga tak seorang pun, bahkan yang terdekat dengan kila, memiliki petunjuk tentang apa yang sedang kita lakukan (meskipun cepat atau lambat mereka akan mengetahuinya, bukan?). Atau kita mungkin bisa menipu diri kita sendiri dengan berpikir bahwa dosa-dosa kita tidak begitu buruk. (Bagaimana pun juga, lihat berapa banyak orang melakukan hal—hal yang buruk!) Tetapi cepat atau lambat, satu atau dengan cara lain, dosa menyusul kita.
Kita harus membenci dosa karena itu adalah dosa. Kita harus membencinya karena apa yang dosa telah lakukan kepada kita, kepada dunia kita, dan kepada Tuhan kita. Jika kita ingin melihat akibat dosa yang sesungguhnya, lihatlah pada Yesus di kayu salib. Ini adalah akibat nyata dari dosa. Kenyataan ini saja seharusnya cukup (meskipun sering itu tidaklah cukup) untuk membuat kita ingin menghindari dosa dan menjauhkan diri sebisa mungkin dari mereka yang akan menuntun kita ke dalamnya.
Pernahkah Anda bergumul dengan rasa iri karena kesuksesan seseorang? Apakah obat terbaik untuk masalah yang secara rohani sangat mematikan ini? (Lihat Ef 5:20)
Mengapakah seseorang iri kepada orang jahat? Kemungkinan besar itu bukan karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Sebaliknya, biasanya itu karena keuntungan langsung (kekayaan, sukses, kekuasaan) yang mereka peroleh melalui kejahatan mereka itulah yang orang-orang seringkali inginkan untuk diri mereka sendiri.
Sudah tentu, meskipun tidak setiap orang yang sukses atau kaya adalah jahat, beberapa ya-dan mereka kemungkinan besar adalah tipe orang-orang yang diamarkan kepada kita dalam ayat-ayat ini. Kita melihat hidup “baik” mereka dan, dari perspektif kita, khususnya ketika kita sendiri sedang berjuang, adalah mudah untuk iri pada apa yang mereka miliki.
Namun demikian, ini adalah suatu pandangan yang sangat sempit dan picik, Bagaimana pun juga, pencobaan dosa adalah hasil yang segera diperoleh: Kita menikmati kepuasan saat ini. Sebuah perspektif melampaui masa kini dapat melindungi kita dari pencobaan; yaitu, kita perlu melihat melampaui “keuntungan” yang langsung dari dosa kita dan memikirkan konsekuensi jangka panjang.
Selain itu, siapakah yang tidak melihat betapa merusaknya dosa itu? Kita tidak pernah lolos darinya. Kita mungkin bisa menyembunyikannya dari orang lain sehingga tak seorang pun, bahkan yang terdekat dengan kila, memiliki petunjuk tentang apa yang sedang kita lakukan (meskipun cepat atau lambat mereka akan mengetahuinya, bukan?). Atau kita mungkin bisa menipu diri kita sendiri dengan berpikir bahwa dosa-dosa kita tidak begitu buruk. (Bagaimana pun juga, lihat berapa banyak orang melakukan hal—hal yang buruk!) Tetapi cepat atau lambat, satu atau dengan cara lain, dosa menyusul kita.
Kita harus membenci dosa karena itu adalah dosa. Kita harus membencinya karena apa yang dosa telah lakukan kepada kita, kepada dunia kita, dan kepada Tuhan kita. Jika kita ingin melihat akibat dosa yang sesungguhnya, lihatlah pada Yesus di kayu salib. Ini adalah akibat nyata dari dosa. Kenyataan ini saja seharusnya cukup (meskipun sering itu tidaklah cukup) untuk membuat kita ingin menghindari dosa dan menjauhkan diri sebisa mungkin dari mereka yang akan menuntun kita ke dalamnya.
Pernahkah Anda bergumul dengan rasa iri karena kesuksesan seseorang? Apakah obat terbaik untuk masalah yang secara rohani sangat mematikan ini? (Lihat Ef 5:20)