Rasa Takut Orang Berhikmat
Bacalah kembali Amsal 14. Apa yang pasal itu nyatakan tentang orangberhikmat?
Orang berhikmat berbicara dengan rendah hati (Ams. 14:3). Orang berhikmat menahan penggunaan bibir mereka. Refleksi diam mereka didorong oleh kurangnya kesombongan percaya diri. Bersama orang barhikmat, orang lain bisa benar; oleh karena itu, orang berhikmat akan mengambil waktu untuk memikirkan dan mempertimbangkan bukti. Mereka juga berdiam karena mereka sedang mendengarkan, siap untuk belajar dari orang lain.
Orang berhikmat menghargai pelajaran dan pengetahuan (Ams. 14:6, 18). Adalah sulit bagi orang bodoh untuk belajar, karena sukar baginya untuk duduk di kaki seorang guru; sebaliknya, adalah mudah bagi orang berhikmat untuk belajar karena kerendahan hati mereka. Maka mereka akan menikmati pengalaman belajar dan bertumbuh. Ini juga adalah pencarian akan hikmat, untuk sesuatu yang mereka tidak miliki, yang membuat mereka berhikmat.
Orang berhikmat berhati-hati (Ams. 14:15). Orang berhikmat tahu bahwa dosa dan kejahatan itu ada. Oleh karena itu mereka akan berhati-hati dimana mereka berjalan. Mereka tidak akan memercayai perasaan mereka dan pendapat-pendapat pribadi; mereka akan memeriksa segala sesuatu dan meminta nasihat. Namun mereka akan selalu berhati-hati tentang apa yang oranglain katakan tentang mereka; mereka akan memilah yang baik dari yang jahat(1 tes. 5:21).
Orang berhikmat tenang (Ama-. 14:29, 33f). Orang berhikmat dapat tetap tinggal tenang karena mereka tidak bergantung pada "jalan" mereka sendiri,tetapi pada yang *‘di atas" (Ams. 14:14). Adalah iman mareka dalam Allah yang mengizinkan mereka unluk beristirahat dan melatih pengendalian diri (yes. 30:15). Adalah takut akan Allah yang memberikan kepada mereka rasa percaya diri.
Orang berhikmat pengasih dan peka (Ams. 14:21, 31}. Kedua perintah, "Kasihilah TUHAN Allahmu" dan “‘Kasihilah sesamamu‘manusia," adalah terkait ( mrk 12:30, 31). Kita tidak dapat mengasihi Allah dan pada saat yang sama memperlakukan orang lain dengan buruk. Ekspresi terbesar iman kita adalah bagaimana kita memperlakukan orang lain khususnya mereka yang membutuhkan.
"Kita tidak menyadari betapa banyak di antara kita berjalan dengan penglihatan dan bukan dengan iman. Kita percaya hal-hal yang dilihat, namun tidak menghargai janji~janji herharga yang diberikan kepada kita dalam Firman—Nya."—Ellen G. White, Our High calling, hlm. 85.Apakah artinya berjalan dengan iman dan bukan dengan penglihatan? Bagaimanakah seharusnya kita melakukannya?