BERSINAR TERANG
Abilasha datang dari sebuah keluarga Hindu dari Putlam di daerah barat laut Sri Lanka. Keluarganya tidak pernah menyukai orang Kristen, dan selalu berusaha menghindari mereka. Ayah Abilasha adalah seorang pecandu alkohol, membuat hidup keluarganya sangat sulit dan mengganggu pendidikannya. Tidak ada kedamaian dan keharmonisan di dalam rumah, jadi ia memohon kepada ibunya untuk membiarkan dia pergi bersekolah di tempat yang lain.
Dia tidak menikmati sekolah dan tidak dapat berkonsentrasi dengan semua gangguan yang terjadi di rumah. Abilasha mempunyai seorang paman yang beragama Advent dan dia hampir selalu mengunjungi keluarga Abilasha. Setiap kali ia datang, ia berbicara tentang sebuah sekolah Advent bernama Lakpahana ("Sinar Sri Lanka"). Ia menjelaskan bagaimana bagusnya sekolah itu, dan menggambarkan keindahan pengaturan sekolah tersebut dengan suasana pedesaan di tengah-tengah perkebunan kelapa.
Setelah mendengar tentang Lakpahana beberapa kali, ibunya memutuskan bahwa Abilasha harus bersekolah di sana, walaupun ibunya tidak menyukai orang Kristen dan Allah yang disembah oleh orang Kristen. Jadi, Abilasha mengadakan perjalanan dari rumahnya di Puttalam dari pesisir barat laut, ke bagian tengah negara Sri Lanka, di mana sekolah tersebut berada.
Pemandangan yang Berubah
Pertama kali Abilasha tiba di kampus Lakpahana, ia sangat menyukai pemandangan dan pengaturan kampus yang indah dan damai. Di sanalah ia diperkenalkan tentang Tuhan dan ia mul merasakan kasih-Nya. Dia menghadiri kebaktian-kebaktian, dan ketertarikannya bertumbuh untuk belajar Alkitab. Dia merasa dikuatkan dengan membaca Mazmur 23 dan Mazmur 115 yang kini selalu menolongnya melalui masa-masa sulit dalam hidupnya.
Abilasha juga suka berdoa dan sangat senang mengetahui bahwa ayahnya sudah menjadi lebih baik sekarang, la bersyukur kepada Tuhan karena ia mendapatkan nilai-nilai bagus di sekolah, la berharap suatu hari nanti bisa menjadi seorang dokter.
Abilasha senang menolong cabang Sekolah Sabat yang berada dekat Lakpahana, khususnya ketika menceritakan cerita-cerita Alkitab dan mengajar lagu-lagu tentang Yesus dan kasihnya, la sudah membantu cabang Sekolah Sabat selama satu tahun, dan masih ingin melanjutkannya.
Membuka Cabang Baru
Salah satu dari guru-guru di Lakpahana, bernama guru Manjula, juga aktif terlibat di cabang Sekolah Sabat, la telah membantu selama beberapa waktu. Suatu hari ia memerhatikan bahwa di suatu desa yang dekat sekolah itu, penduduknya terlihat kesepian, cemas, dan merasa bahwa tidak ada seorang pun yang memedulikan mereka.
Dia dapat melihat bahwa mereka membutuhkan semangat, jadi dia mulai membuka cabang Sekolah Sabat di sana. Kelompok Sekolah Sabat bernyanyi dengan anak-anak dan dengan siapa saja yang datang bergabung bersama. Mereka memerhatikan bahwa seorang pria buta, sepertinya berusia sekitar 40 tahun, datang ke pertemuan-pertemuan mereka, la sangat senang dengan lagu-lagu, dan dua minggu kemudian dia mulai rutin datang dan membawa ibunya juga. Dia merasa menjadi bagian dalam setiap lagu-lagu yang dinyanyikan, dan meminta tim cabang Sekolah Sabat untuk merekam lagu-lagu mereka agar ia dapat mendengarkan dan menyanyikannya kapan pun dia inginkan.
Kehendak Tuhan
Tepat di depan tempat di mana mereka mengadakan pertemuan, hidup sebuah keluarga yang memiliki banyak masalah. Ayah dan ibu tidak akur, dan terjadi begitu banyak pertengkaran. Ada 2 anak yang tinggal di rumah itu dan mereka memerhatikan cabang Sekolah Sabat ini. Awalnya mereka menonton dari jendela mereka, kemudian dari pintu mereka, dan dari halaman rumah mereka. Akhirnya, mereka merasa cukup nyaman untuk bergabung dengan kelompok Sekolah Sabat ini. Anak-anak itu sangat menikmati lagu-lagu dan cerita-cerita yang mereka bagikan selama pertemuan itu. Mereka mulai merasa dikasihi dan aman dan mulai tersenyum dan bernyanyi dengan anak-anak yang lain.
Manjula dan timnya yakin bahwa Tuhan menuntun mereka untuk memulai sebuah cabang Sekolah Sabat tepat berhadapan dengan rumah ini. Dengan senang, anak-anak lelaki dan perempuan sekarang sekolah di Lakpahana sebagai hasil dari pertemuan mereka di cabang Sekolah Sabat ini. Manjula mendorong setiap anggota jemaat untuk terlibat dalam program-program jangkauan keluar, dan untuk membagikan kasih Allah dengan siapa saja yang Tuhan tuntun bertemu dengan mereka.
Dia tidak menikmati sekolah dan tidak dapat berkonsentrasi dengan semua gangguan yang terjadi di rumah. Abilasha mempunyai seorang paman yang beragama Advent dan dia hampir selalu mengunjungi keluarga Abilasha. Setiap kali ia datang, ia berbicara tentang sebuah sekolah Advent bernama Lakpahana ("Sinar Sri Lanka"). Ia menjelaskan bagaimana bagusnya sekolah itu, dan menggambarkan keindahan pengaturan sekolah tersebut dengan suasana pedesaan di tengah-tengah perkebunan kelapa.
Setelah mendengar tentang Lakpahana beberapa kali, ibunya memutuskan bahwa Abilasha harus bersekolah di sana, walaupun ibunya tidak menyukai orang Kristen dan Allah yang disembah oleh orang Kristen. Jadi, Abilasha mengadakan perjalanan dari rumahnya di Puttalam dari pesisir barat laut, ke bagian tengah negara Sri Lanka, di mana sekolah tersebut berada.
Pemandangan yang Berubah
Pertama kali Abilasha tiba di kampus Lakpahana, ia sangat menyukai pemandangan dan pengaturan kampus yang indah dan damai. Di sanalah ia diperkenalkan tentang Tuhan dan ia mul merasakan kasih-Nya. Dia menghadiri kebaktian-kebaktian, dan ketertarikannya bertumbuh untuk belajar Alkitab. Dia merasa dikuatkan dengan membaca Mazmur 23 dan Mazmur 115 yang kini selalu menolongnya melalui masa-masa sulit dalam hidupnya.
Abilasha juga suka berdoa dan sangat senang mengetahui bahwa ayahnya sudah menjadi lebih baik sekarang, la bersyukur kepada Tuhan karena ia mendapatkan nilai-nilai bagus di sekolah, la berharap suatu hari nanti bisa menjadi seorang dokter.
Abilasha senang menolong cabang Sekolah Sabat yang berada dekat Lakpahana, khususnya ketika menceritakan cerita-cerita Alkitab dan mengajar lagu-lagu tentang Yesus dan kasihnya, la sudah membantu cabang Sekolah Sabat selama satu tahun, dan masih ingin melanjutkannya.
Membuka Cabang Baru
Salah satu dari guru-guru di Lakpahana, bernama guru Manjula, juga aktif terlibat di cabang Sekolah Sabat, la telah membantu selama beberapa waktu. Suatu hari ia memerhatikan bahwa di suatu desa yang dekat sekolah itu, penduduknya terlihat kesepian, cemas, dan merasa bahwa tidak ada seorang pun yang memedulikan mereka.
Dia dapat melihat bahwa mereka membutuhkan semangat, jadi dia mulai membuka cabang Sekolah Sabat di sana. Kelompok Sekolah Sabat bernyanyi dengan anak-anak dan dengan siapa saja yang datang bergabung bersama. Mereka memerhatikan bahwa seorang pria buta, sepertinya berusia sekitar 40 tahun, datang ke pertemuan-pertemuan mereka, la sangat senang dengan lagu-lagu, dan dua minggu kemudian dia mulai rutin datang dan membawa ibunya juga. Dia merasa menjadi bagian dalam setiap lagu-lagu yang dinyanyikan, dan meminta tim cabang Sekolah Sabat untuk merekam lagu-lagu mereka agar ia dapat mendengarkan dan menyanyikannya kapan pun dia inginkan.
Kehendak Tuhan
Tepat di depan tempat di mana mereka mengadakan pertemuan, hidup sebuah keluarga yang memiliki banyak masalah. Ayah dan ibu tidak akur, dan terjadi begitu banyak pertengkaran. Ada 2 anak yang tinggal di rumah itu dan mereka memerhatikan cabang Sekolah Sabat ini. Awalnya mereka menonton dari jendela mereka, kemudian dari pintu mereka, dan dari halaman rumah mereka. Akhirnya, mereka merasa cukup nyaman untuk bergabung dengan kelompok Sekolah Sabat ini. Anak-anak itu sangat menikmati lagu-lagu dan cerita-cerita yang mereka bagikan selama pertemuan itu. Mereka mulai merasa dikasihi dan aman dan mulai tersenyum dan bernyanyi dengan anak-anak yang lain.
Manjula dan timnya yakin bahwa Tuhan menuntun mereka untuk memulai sebuah cabang Sekolah Sabat tepat berhadapan dengan rumah ini. Dengan senang, anak-anak lelaki dan perempuan sekarang sekolah di Lakpahana sebagai hasil dari pertemuan mereka di cabang Sekolah Sabat ini. Manjula mendorong setiap anggota jemaat untuk terlibat dalam program-program jangkauan keluar, dan untuk membagikan kasih Allah dengan siapa saja yang Tuhan tuntun bertemu dengan mereka.
Terima kasih berkat posting ini mudah2an pelayanan Sabat besok berjalan dengan baik dan nama Tuhan dimuliakan. Disaat genting ada saja cara Tuhan menolong. Smoga posting Berita Mission setiap minggu ada. Thanks&God bless.
ReplyDeleteAmin..Tuhan Memberkati..
Delete