Aturan Versus Prinsip
"Bahwasannya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap" (Maleakhi 3:6).
Ada beberapa orang dalam perjalanan kehidupan Kekristenan menyulitkan diri mereka sendiri karena mereka menyamakan standar (aturan) dengan perintah yang lebih tinggi yaitu nilai-nilai dan prinsip. Individu ini sering menuduh rekan seiman mereka murtad karena aturan tertentu telah berubah sejak mereka pertama kali percaya dan dibaptis. Keadaan ekstrem mulai terlihat ketika mereka mengenakan pakaian seperti yang dipakai pada zaman ketika para pionir Advent hidup, mereka secara tegas mengatakan, “Allah tidak berubah!" Kita lupa bahwa prinsip kesopanan, lahir dari iman kita kepada Allah, tidak berubah, standar yang berhubungan dengan hal itu harus dilakukan. Tidak, prinsip tidak pernah berubah; prinsip adalah kekal. Aturan, bagaimanapun, tidak kekal; aturan beradaptasi dengan waktu dan keadaan. Tantangan kita adalah untuk memahami dan menerapkan prinsip kapan dan di mana kita hidup. Kita tidak bisa mendapatkan kembali secara harfiah, salinan kehidupan Yusuf atau Yesus. Namun, kita dapat dan harus bertindak seperti mereka dengan tujuan yang baik.
Proses ketika kita menentukan tindakan yang tepat melibatkan beberapa langkah. Pertama merujuk pada sikap kita atau keyakinan kita kepada Allah. Siapakah Allah atau apakah Allah ada atau tidak—itulah titik awal dari semua pilihan kita. Kedua, keyakinan kita tentang Allah akan menghasilkan nilai-nilai kehidupan kita atau keyakinan tentang pentingnya hidup dan cara hidup. Nilai-nilai ini, pada gilirannya, menghasilkan prinsip-prinsip atau asumsi-asumsi yang mendasari hubungan kita yang tepat terhadap nilai-nilai kehidupan. Prinsip-prinsip, pada akhirnya, menimbulkan kode (khusus) sebagai aturan yang mengatur kegiatan kita.
Orang percaya dengan tegas menyatakan bahwa karakter Allah tidak berubah, adalah melakukannya juga dengan benar. Tetapi pemahaman yang tidak lengkap tanpa kesadaran bahwa meskipun karakter dan kepribadian Allah tidak berubah, metodologi-Nya, sebagaimana terlihat dalam catatan Alkitab dan hubungan-Nya dengan individu dan kelompok. Berbeda-beda dari generasi ke generasi dan terkadang dalam diri mereka.
Mempertahankan melodi yang tidak berubah dari kehendak Allah di tengah-tengah improvisasi waktu adalah tidak mudah. Namun, anak Allah yang telinganya telah disesuaikan dengan suara Guru mereka dalam ketaatan setiap hari akan diberikan kuasa untuk melakukannya juga Sikap ini tidak hanya mencakup kesadaran perbedaan antara prinsip-prinsip kekekalan dan aturan yang relatif, tetapi juga disiplin untuk menurut. Seperti bunga bakung segar yang mekar dan memancarkan keharuman di tengah lumpur, kolam berbusa, itulah yang akan dihasilkan oleh orang percaya sejati yang berdasarkan Firman Tuhan, di tengah-tengah masyarakat yang menyimpang, menghidupkan kehidupan yang indah sesuai dengan karakter Allah.
0 komentar :
Post a Comment