Contoh Esau
"Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu" (Kejadian 25:34).
Esau adalah contoh terbaik dari setiap individu yang gagal dalam menyucikan pertimbangan mereka sehingga dikendalikan sepenuhnya oleh selera. Menjual hak kesulungan yang begitu berharga untuk sup kental yang tidak ada nilainya. Tidak ada orang yang memiliki pikiran sehat akan membuat kesepakatan seperti itu. Sup kental itu dapat ditunggu—bukankah begitu? Seharusnya ia mendapat bagiannya, tetapi ketika dipertimbangkan, sudah dipengaruhi secara alamiah dan disenangi, telah diabaikan karena kurangnya persekutuan dengan Tuhan, atau bahkan lebih buruk lagi, dikobarkan dengan selalu mengingat pandangan masyarakat yang buruk bahwa itu tidak penting. Pertimbangan yang tidak disucikan tidak dapat membenarkan selera yang berlebihan—keduanya membuktikan; keduanya adalah pasangan kejahatan.
Dan jangan salah, penyucian pertimbangan diperlukan untuk menghindari penyalahgunaan penukaran hak kesulungan dan semua berkat yang dimaksudkan. Dan apakah keistimewaan yang menyertai kelahiran baru kita? Keyakinan dalam pimpinan Tuhan, bersih, tobat, senang dalam pelayanan Kekristenan, jujur, mempunyai nama baik, akan menerima janji kehadiran-Nya meskipun dalam “lembah kekelaman.”
Tetapi tidak seperti Esau, yang menjadikan hak kesulungan mendatangkan masalah bagi keturunannya, kita harus mencari hak kesulungan kita. Kita harus meminta kepada Tuhan—kita harus mencari dan menemukan Tuhan. Benar, Roh Kudus meyakinkan kita jauh sebelum kita menyadari untuk memohon pertolongan-Nya, tetapi kita juga mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan—yaitu kerinduan untuk bersekutu dengan Kristus.
Masalahnya, tentu saja, keadaan jasmani kita digambarkan dalam kata-kata Luther yaitu: “Lahiriah kita rusak, tanah liat, boleh dikatakan, sejak bejana ini mulai dibentuk, dapat rusak. Apa lagi yang Anda inginkan? Inilah siapa saya; inilah keadaan manusia. Beginilah gambaran kita: Janin bertumbuh dalam rahim yang berdosa, bahkan sebelum kita dilahirkan, dan ketika mulai menjadi manusia seutuhnya” (Luthers Works, jld. 12, hlm. 348).
Pertobatan tidak menghilangkan jasmani yang salah, tetapi itu adalah peninjauan kembali mengenai selera dan pertimbangan kita, memungkinkan kita untuk memberikan kepada keinginan kita mengenai unsur yang lain dari makhluk bermoral, pilihan jasmani yang tepat.
0 komentar :
Post a Comment