Suci Versus Sekular
"Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal" (Yohanes 4:14).
Segala sesuatu yang ia bicarakan adalah untuk menyatakan kenyataan bahwa dia seorang Samaria—tampilannya, gaunnya, pembicaraannya. Kristus melihatnya dan segera mengenalnya sebagai berlian yang kasar: Kesaksian yang berhasil terhadap wanita ini hanya ketika Kristus meninjau kembali prioritas wanita ini dan ia menyerahkan kehendaknya pada tuntunan Roh Kudus.
Wanita ini tidak benar-benar melihat Yesus. Sehingga, dia melakukan sesuatu tetapi tanpa pengertian. Wanita ini mengenal Yesus dengan melihat wajah-Nya dan berpakaian seperti yang dipakai oleh pria Yahudi, sementara duduk di samping sumur. Tetapi dia, sebagai seorang Samaria, tidak diharuskan memberikan perhatian kepada-Nya dan sangat terkejut ketika Yesus mengganggu rutinitasnya dengan meminta dia untuk minum air dari cangkir yang ia bawa.
Dalam ketidakpercayaan wanita itu menjawab: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Yohanes 4:9). Dengan tenang Yesus menjawab: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup” (ayat 10).
Betapa cara yang ampuh dalam memulai usaha penginjilan-Nya! Yesus meminta kemurahan hati dari wanita itu, dengan demikian, Yesus mendapat perhatiannya. Saat wanita itu merendahkan dirinya karena masalah bangsa dan jenis kelamin, dengan lemah lembut dan tegas Yesus membawa perhatiannya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu keselamatannya. Bukan karena Yesus tidak memperhatikan pada hal-hal sosial yang ia tampilkan; Yesus bekerja di antara mereka yang miskin, fokus-Nya pada wanita ini melalui menyediakan berbagai perumpamaan dan mukjizat-Nya, dan penekanan-Nya atas keramahtamahan tanpa rasa curiga (yaitu, perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati) jelas mengungkapkan keprihatinan-Nya kepada masyarakat yang kurang beruntung Namun, Ia terbeban untuk membawa keselamatan kepada wanita itu. Dia tidak dihentikan karena membahas jenis kelamin atau budayanya. Dia bersimpati dengan kebutuhan utama yaitu air hidup. Tetapi, tidak terpengaruh. Dia membawa rahasia yang lebih penting yaitu tentang air rohani yang ia butuhkan Apakah pelajaran yang perlu bagi kita? Keprihatinan kita terhadap sosial dan duniawi, baik itu sangat masuk akal, biarlah selalu digantikan oleh hal yang suci. Kita dapat dan harus, seperti Penginjil Utama, memanfaatkan keadaan kehidupan sekitar kita sebagai sarana memenangkan kepercayaan orang lain. Tujuan utama kesaksian kita adalah bukan untuk kebutuhan kehidupan kita yang sementara ini, tetapi yang tidak terbatas, merupakan kebutuhan yang lebih penting yaitu kehidupan kekal.
0 komentar :
Post a Comment