Keindahan Bait Suci
"Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya" (Keluaran 25:9).
Dengan dinding eksterior ditutupi oleh kulit binatang yang menarik dan dinding interior dari emas yang berkilauan, memantulkan warna pelangi pada tirai yang dipadu dengan kerub, bait suci memperlihatkan kesaksian yang berkilauan kepada Allah yang digambarkannya. “Sebuah bangunan yang sangat megah, menuntut pembuatan dari bahan yang termahal dan kemahiran yang tertinggi, harus didirikan di padang gurun, oleh bangsa yang baru saja terlepas dari perbudakan” (Membina Pendidikan Sejati, hlm. 32).
Allah kita adalah Allah keindahan. Dia menciptakan sebuah dunia yang dihiasi dengan warna yang memesona dan dengan keseimbangan yang sempurna. Bahkan sekarang, setelah enam ribu tahun mengalami kemerosotan karena dosa, alam mengungkapkan kasih-Nya dari keanekaragaman, warna, keseimbangan, dan daya tariknya. Kita melihatnya dalam warna-warna bunga yang lembut, dalam warna burung yang mencolok, dalam cahaya neon ikan di bawah permukaan air laut, dan pada cahaya dari langit di atas.
Maka bagaimana seharusnya kita menyembah Tuhan? “Dengan berhiaskan kekudusan” (Mzm. 29:2). Pencipta kita mengerti situasi yaitu kondisi politik atau ekonomi yang mencegah jemaat mendirikan bangunan atau meningkatkan bentuk fisiknya agar benar-benar mencerminkan keindahan pikiran dan karakter Allah. Dia akan sangat sakit hati dan kesal apabila anggota sebenarnya bisa membuat sesuatu yang lebih tetapi merasa puas dengan fasilitas kelas dua untuk tempat ibadah. Hal ini terutama terjadi ketika rumah pribadi, pakaian mereka, dan lain sebagainya menunjukkan bahwa mereka sebenarnya memiliki kapasitas namun tidak berniat untuk membangun yang terbaik bagi-Nya.
Jemaat yang telah membangun atau sedang membangun rumah ibadah yang menarik bagi-Nya jelas berperan dalam kualitas bait suci yang Tuhan pernah perintahkan untuk didirikan oleh umat-Nya. Membangun bait suci untuk kemuliaan-Nya, bahkan sampai kematian, adalah kualitas bait suci yang Tuhan perintahkan untuk didirikan oleh umat-Nya. Membangun bait suci bagi-Nya berarti melakukan pengorbanan apa pun yang diperlukan untuk memastikan bahwa tempat di mana kita menyembah tidak hanya fungsional, tetapi juga menarik. Hal ini juga berarti menyediakan bagi Dia tidak hanya gereja yang menarik, tetapi juga sekolah gereja yang menarik, kantor konferens yang menarik, atau bumi perkemahan yang menarik. Tidak semua jemaat mampu membangun dengan desain dan bahan yang mahal. Namun, Allah tidak dihormati kecuali fasilitas ini mengemban nama-Nya (tidak peduli seberapa rendahnya) mencerminkan kemuliaan-Nya ke posisi yang paling tinggi dari segala kemampuan kita.
Dengan dinding eksterior ditutupi oleh kulit binatang yang menarik dan dinding interior dari emas yang berkilauan, memantulkan warna pelangi pada tirai yang dipadu dengan kerub, bait suci memperlihatkan kesaksian yang berkilauan kepada Allah yang digambarkannya. “Sebuah bangunan yang sangat megah, menuntut pembuatan dari bahan yang termahal dan kemahiran yang tertinggi, harus didirikan di padang gurun, oleh bangsa yang baru saja terlepas dari perbudakan” (Membina Pendidikan Sejati, hlm. 32).
Allah kita adalah Allah keindahan. Dia menciptakan sebuah dunia yang dihiasi dengan warna yang memesona dan dengan keseimbangan yang sempurna. Bahkan sekarang, setelah enam ribu tahun mengalami kemerosotan karena dosa, alam mengungkapkan kasih-Nya dari keanekaragaman, warna, keseimbangan, dan daya tariknya. Kita melihatnya dalam warna-warna bunga yang lembut, dalam warna burung yang mencolok, dalam cahaya neon ikan di bawah permukaan air laut, dan pada cahaya dari langit di atas.
Maka bagaimana seharusnya kita menyembah Tuhan? “Dengan berhiaskan kekudusan” (Mzm. 29:2). Pencipta kita mengerti situasi yaitu kondisi politik atau ekonomi yang mencegah jemaat mendirikan bangunan atau meningkatkan bentuk fisiknya agar benar-benar mencerminkan keindahan pikiran dan karakter Allah. Dia akan sangat sakit hati dan kesal apabila anggota sebenarnya bisa membuat sesuatu yang lebih tetapi merasa puas dengan fasilitas kelas dua untuk tempat ibadah. Hal ini terutama terjadi ketika rumah pribadi, pakaian mereka, dan lain sebagainya menunjukkan bahwa mereka sebenarnya memiliki kapasitas namun tidak berniat untuk membangun yang terbaik bagi-Nya.
Jemaat yang telah membangun atau sedang membangun rumah ibadah yang menarik bagi-Nya jelas berperan dalam kualitas bait suci yang Tuhan pernah perintahkan untuk didirikan oleh umat-Nya. Membangun bait suci untuk kemuliaan-Nya, bahkan sampai kematian, adalah kualitas bait suci yang Tuhan perintahkan untuk didirikan oleh umat-Nya. Membangun bait suci bagi-Nya berarti melakukan pengorbanan apa pun yang diperlukan untuk memastikan bahwa tempat di mana kita menyembah tidak hanya fungsional, tetapi juga menarik. Hal ini juga berarti menyediakan bagi Dia tidak hanya gereja yang menarik, tetapi juga sekolah gereja yang menarik, kantor konferens yang menarik, atau bumi perkemahan yang menarik. Tidak semua jemaat mampu membangun dengan desain dan bahan yang mahal. Namun, Allah tidak dihormati kecuali fasilitas ini mengemban nama-Nya (tidak peduli seberapa rendahnya) mencerminkan kemuliaan-Nya ke posisi yang paling tinggi dari segala kemampuan kita.