Pemberian Terbesar
"Haruslah ia menyembelihnya pada sisi mezbah sebelah utara di hadapan TUHAN, lalu haruslah anak-anak Harun, imam-imam itu, menyiramkan darahnya pada mezbah sekelilingnya.(Imamat 1:11)
Korban tewas di tangan pembunuh yang bekerja dengan efisiensi brutal. Tidak terlihat seperti pemandangan yang indah. Itu adalah siksaan yang kejam dan berdarah diakhiri dengan terhunusnya pisau berat ke leher berbulu domba yang percayai. Benda tajam itu ditarik menuju vena leher korban, menghasilkan aliran deras darah yang hangat, merah, dan berdenyut. Mata korban terpejam dan menutup karena kesakitan sementara .tubuhnya meliuk-liuk dalam gerakan yang menghentak-hentak dan pergolakan kematian.
Kalvari juga adalah pemandangan yang mengerikan. Semua bentuk penyaliban mengerikan; faktanya, penyaliban adalah metode eksekusi yang lebih ditakuti daripada pemenggalan, dibakar, atau dirajam dengan batu—pilihan utama hukuman mati lain pada zaman Kristus.
Salib itu sendiri adalah kotor, benda menjijikkan yang dinodai oleh kotoran korban sebelumnya yang dalam penderitaan ekstrem dalam pergolakan akhir kematian, tidak bisa mengendalikan hentakan organ tubuh mereka.
Kematian di kayu salib bukan karena pukulan tiba-tiba atau kehilangan darah secara bertahap; kematian datang dengan perlahan-lahan, sesak napas berliku-liku ketika keadaan tubuh korban yang tak berdaya merosot ke bawah dan lebih berat lagi bersandar pada diafragma yang semakin melemah. Akhirnya, setelah 72 jam mengalami penderitaan yang tak terlukiskan, bahkan manusia yang terkuat tidak dapat bersandar lagi pada paku yang memancang di kaki mereka. Setelah gumulan untuk mendapat napas terakhir, mereka menyerah kepada kematian.
Bagi korban kita yang sebenarnya, kematian datang lebih cepat dari itu. Dia meninggal lebih cepat karena beban yang lebih berat dari beban tubuh-Nya yang merosot kepada diafragma-Nya yakni beban dosa kita atas hati-Nya; sehingga ketika hari mendekati saat Sabat, ketika mereka memutuskan untuk mempercepat kematian dengan mematahkan kaki para tahanan, mereka menemukan bahwa Dia “telah mati” (Yoh. 19:33).
Sudah 2.000 tahun sejak domba yang khas itu melepaskan diri dari pegangan imam besar sementara domba yang tidak khas itu berakhir di Kalvari. Dia tidak lagi terbentang di atas kayu salib. Dia berdiri dengan ramah di depan pintu hati kita menawarkan persahabatan dan keselamatan-Nya. Segala pujian bagi Anak Domba yang telah disembelih di pelataran luar dari dunia kita yang jahat, yang sekarang telah bangkit, dan dengan sungguh-sungguh menjadi Perantara untuk kita.