Harapan bagi Umat Manusia
"Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kejadian 3:15).
Disana di tempat kejadian, sementara ciptaan-Nya meringkuk dalam ketakutan yang tak terkatakan, Tuhan memberi kepada mereka (dan kita) janji Penebusan. Orangtua pertama kita berpegang teguh kepada janji itu. Mereka sangat merindukan kedamaian dan keindahan Eden dan sangat ingin membangun kembali persekutuan mereka yang terbuka dengan Tuhan—berbicara muka dengan muka yang menyenangkan pada hari yang bahagia. Kelahiran putra pertama mereka (Kain) dan setiap generasi berikutnya disambut dengan harapan bahwa Mesias telah datang. Tetapi itu tiga millenium setelah kematian mereka, 4.000 tahun setelah dosa mulai mendatangkan malapetaka atas umat manusia, baru kemudian Yesus datang.
Ketika takhyul telah mencapai titik terluas dan ketidakpedulian mencapai yang paling dalam, ketika amoral telah begitu berani dan usia mencapai yang paling singkat, terdengar suara dari surga yang berkata: “Engkau telah menyediakan tubuh bagiku” (Ibr. 10:5). Dengan pernyataan itu, Yesus diterjunkan di belakang barisan musuh dan, di tengah kerajaan kegelapan, mendirikan kerajaan terang-Nya sendiri. Menjadi keheranan kekal bagi malaikat yang setia, Dia menambahkan harga dan risiko akan kehilangan hak istimewa Ilahi agar kita bisa dipulihkan agar kita layak kembali.
Setan melakukan “meremukkan tumitnya” (Kej. 3:15) di Golgota Dia menimpakan kepada kemanusiaan-Nya hantaman penyaliban yang mengerikan; namun efeknya tidaklah permanen. Yesus, di sisi lain, melalui tindakan kematian, menimpakan kepada Setan “meremukkan kepala” kekalahan kekal. Dengan membayar utang kita dan menjamin kebenaran kita, Dia telah membuka jalan bagi pengampunan Bapa bagi orang yang bertobat dan kebinasaan-Nya bagi orang yang jahat.
Ada beberapa pada garis keturunan fisik Abraham yang masih menunggu kedatangan Mesias. Bagi mereka, Adam kedua belum menjadi kenyataan. Kita, bagaimana pun, melihat kelahiran-Nya yang begitu ajaib, kehidupan-Nya yang sesungguhnya, kematian-Nya yang penuh kemurahan, kebangkitan-Nya yang mulia, dan kebesaran akan janji hadirnya Roh Kudus—bukti yang tak terbantahkan akan Kemesiasan-Nya, dan oleh kesediaan dan penurutan, jalan masuk, menuju ke surga diperoleh kembali.
"Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kejadian 3:15).
Disana di tempat kejadian, sementara ciptaan-Nya meringkuk dalam ketakutan yang tak terkatakan, Tuhan memberi kepada mereka (dan kita) janji Penebusan. Orangtua pertama kita berpegang teguh kepada janji itu. Mereka sangat merindukan kedamaian dan keindahan Eden dan sangat ingin membangun kembali persekutuan mereka yang terbuka dengan Tuhan—berbicara muka dengan muka yang menyenangkan pada hari yang bahagia. Kelahiran putra pertama mereka (Kain) dan setiap generasi berikutnya disambut dengan harapan bahwa Mesias telah datang. Tetapi itu tiga millenium setelah kematian mereka, 4.000 tahun setelah dosa mulai mendatangkan malapetaka atas umat manusia, baru kemudian Yesus datang.
Ketika takhyul telah mencapai titik terluas dan ketidakpedulian mencapai yang paling dalam, ketika amoral telah begitu berani dan usia mencapai yang paling singkat, terdengar suara dari surga yang berkata: “Engkau telah menyediakan tubuh bagiku” (Ibr. 10:5). Dengan pernyataan itu, Yesus diterjunkan di belakang barisan musuh dan, di tengah kerajaan kegelapan, mendirikan kerajaan terang-Nya sendiri. Menjadi keheranan kekal bagi malaikat yang setia, Dia menambahkan harga dan risiko akan kehilangan hak istimewa Ilahi agar kita bisa dipulihkan agar kita layak kembali.
Setan melakukan “meremukkan tumitnya” (Kej. 3:15) di Golgota Dia menimpakan kepada kemanusiaan-Nya hantaman penyaliban yang mengerikan; namun efeknya tidaklah permanen. Yesus, di sisi lain, melalui tindakan kematian, menimpakan kepada Setan “meremukkan kepala” kekalahan kekal. Dengan membayar utang kita dan menjamin kebenaran kita, Dia telah membuka jalan bagi pengampunan Bapa bagi orang yang bertobat dan kebinasaan-Nya bagi orang yang jahat.
Ada beberapa pada garis keturunan fisik Abraham yang masih menunggu kedatangan Mesias. Bagi mereka, Adam kedua belum menjadi kenyataan. Kita, bagaimana pun, melihat kelahiran-Nya yang begitu ajaib, kehidupan-Nya yang sesungguhnya, kematian-Nya yang penuh kemurahan, kebangkitan-Nya yang mulia, dan kebesaran akan janji hadirnya Roh Kudus—bukti yang tak terbantahkan akan Kemesiasan-Nya, dan oleh kesediaan dan penurutan, jalan masuk, menuju ke surga diperoleh kembali.