Kemanusiaan Adam Kedua
"Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” (Roma 8:3).
Sifat manusia yang Yesus pikul memiliki semua ciri-ciri fisik dari generasi di mana Dia dilahirkan; Dia tidak menentang hukum hereditas dengan mengambil tubuh dari Adam yang tidak jatuh ke dalam dosa atau dari generasi sebelum generasi yang Dia masuki. Tubuh manusia di mana Keilahian Allah berdiam, menanggung semua kelemahan dari ras yang semakin merosot oleh dosa 4.000 tahun. Dia tidak memiliki tinggi dan stamina Adam yang mula-mula. Dia tidak memiliki kekuatan organ tubuh Adam atau kekuatan daya tahannya. Dia adalah “tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (lihat Kej. 2:23), dan kualitasnya adalah kualitas ras ke mana Dia datang—bukan kemanusiaan yang asli.
Dia juga tidak menarik dalam hal penampilan dan fisik-Nya. Penampilannya tidak menarik perhatian kepada dirinya. Dia sedikit lebih tinggi dari rata-rata pria pada zaman-Nya (Spiritual Gifts, jld. 4, hal 119), tetapi begitu biasa dalam ciri fisiknya sehingga Yohanes Pembaptis gagal mengenali-Nya dengan cepat Dan ketika Nathaniel, orang Israel yang penuh pengharapan, bertemu, ia bertanya-tanya, “Dapatkah orang ini... disebut sebagai Mesias?” (Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 137),
Tuhan semesta alam memasuki dunia kita sebagai “Tuhan yang menyamarkan identitasnya,” seorang pangeran yang menyamar—Raja kemuliaan yang dibungkus dengan pakaian lampin. Sungguh menakjubkan tetapi benar bahwa Pencipta kita yang besar ada di sini dalam wujud kita, memiliki semua bagian fisik dan kebutuhan kita; Dia terluka, Dia kelaparan, Dia kehausan, Dia tidur, Dia kelelahan, Dia berdarah, Dia menangis, dan Dia mati.
Meskipun serupa tetapi tidak sama. Tubuh fisiknya tidak persis sama dengan Adam atau kita. Tubuh-Nya berbeda dengan status penciptaan Adam yang telah dipengaruhi oleh dosa selama 4.000 tahun. Tubuh-Nya berbeda dari kita dalam hal itu, meskipun tubuh itu dipengaruhi oleh dosa, tubuh itu tidak terinfeksi oleh dosa itu.
Dia hidup dalam keadaan yang jauh lebih sulit dan lebih berbahaya daripada Adam—dan dia menang. Usaha-Nya untuk menyelamatkan umat manusia tetap merupakan keajaiban alam semesta dan sukacita bagi hati kita, dan itu akan menjadi objek daya tarik yang tak akan pernah berakhir bagi umat tebusan yang bersyukur selama masa kekekalan.