Membuat Dalih
"Manusia itu menjawab: ‘Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan’" (Kejadian 3:12).
Ketika Adam dan Hawa berdosa, mereka tidak lapar. Dengan kata lain, tindakan mereka itu tidak logis dan tidak beralasan; mereka tidak tergoda oleh karena kekurangan sehingga menjadi ragu atau tidak menurut perintah Allah, mereka cukup makan dan terpuaskan dalam segala hal. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki sebab, keperluan atau alasan.
Namun demikian, mereka mencoba untuk menjelaskan: Adam menyalahkan wanita yang diberikan kepadanya oleh Tuhan, dan wanita menyalahkan ular; kedua, dapat disimpulkan, menyalahkan Sang Pencipta itu sendiri, dan keduanya secara tidak langsung menyalahkan satu sama lain (lihat Khotbah di Atas Bukit, hlm. 126). Tetapi upaya mereka untuk lari dari tanggung jawab atas tindakan mereka tidak cukup memadai di hadapan Allah seperti pakaian daun yang mereka buat dengan buru-buru untuk menutupi ketelanjangan mereka.
Kita, kloning fisik dan kerohanian Adam, juga cepat mencoba untuk membenarkan kesalahan kita. Kita menyalahkan orangtua kita, guru kita, lingkungan kita, pemerintah kita, gereja kita, dan masyarakat kita pada umumnya. Memang benar bahwa ada beberapa individu dan lingkungan yang lebih cenderung melakukan apa yang salah daripada melakukan apa yang benar. Untuk beberapa orang, mewarisi kecenderungan melakukan kejahatan membentuk pola ketidaktaatan yang hampir tidak dapat ditolak. Janji Allah adalah bahwa “di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Rm. 5:20). Dan lagi: “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Kor. 10:13).
Adam dan Hawa bertobat Jika mereka tidak bertobat, mereka akan mati terperangkap dalam keputusasaan mempertahankan ketidakpercayaan mereka kepada Tuhan dan penyalahgunaan kuasa memilih yang Allah karuniakan kepada mereka. Tetapi mereka mengesampingkan dalih mereka, meminta pengampunan dan diterima sebagai pewaris hidup yang kekal (Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 59),
Dosa sama menjijikkan bagi Tuhan sekarang dengan ketika Dia mengusir orangtua pertama kita dari Eden dan ketika Dia meninggalkan Adam Kedua di Golgota. Satu-satunya harapan kita, satu-satunya sumber pengampunan kita untuk mendapatkan hati nurani yang bersih dan untuk persekutuan yang penuh sukacita dengan Kristus, adalah pengakuan yang tulus, pengabdian yang penuh doa, dan keyakinan penuh pada jubah-Nya kebenarannya yang menyelimuti kita
0 komentar :
Post a Comment