Nyanyian Musa

“Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?” (Keluaran 15:11).

Firaun, yang mendesak orang Ibrani untuk secepatnya meninggalkan Mesir, hendak membawa mereka pulang kembali sebagai tawanan perang, Ia mengira dapat menjebak mereka di antara sebuah batu karang dan Laut Merah (atau laut alang-alang). Namun orang Israel menyeberanginya dengan berjalan di dasarnya, dan ketika pasukan Firaun ikut turun mengejar mereka, air pun menerjang menenggelamkan pasukan itu.

Setelah pembebasan yang dahsyat ini, Musa, lelaki yang tidak pintar berkata-kata itu pun—menyanyi!

Ayat 3 kedengaran aneh di telinga kita pada awalnya: “TUHAN itu pahlawan perang.” Pertama, kita tidak biasa menyebut TUHAN dengan sebutan yang sama dengan manusia, namun itu yang dilakukan orang Israel. Kedua, kita seringkali merasa canggung bila membayangkan Allah sebagai pahlawan perang.

Kita menemukan pemikiran yang sama dalam Yesaya 42:13, “TUHAN keluar berperang seperti pahlawan,... terhadap musuh-musuh-Nya Ia membuktikan kepahlawanan-Nya.” Dan Mazmur 24:8 memuji-Nya, “TUHAN, perkasa dalam peperangan!” jadi seharusnya kita tidak kaget. Seringkali di dalam Alkitab, Allah disebut “Pemimpin Pasukan.” Kata Ibrani yang dipakai adalah tsaba, yang berarti pasukan perang.

Gambaran tentang Allah yang perkasa berlanjut di dalam nyanyian Musa: la “menghancurkan musuh” (Ke/. 15:6). Ia “meruntuhkan siapa yang bangkit menentang” (ay. 7). Dalam nyanyiannya Musa melanjutkan “tangan kanan” Allah yang perkasa (ay. 6), hembusan “nafas hidung-Mu” (ay. 8), dan “api murka-Mu, yang memakan mereka sebagai tunggul gandum” (ay. 7).

Tetapi Allah yang perkasa itu adalah pengayom umat-Nya. “Dengan kasih setia-Mu Engkau menuntun umat yang telah Kautebus” (ay. 13). Dan, “Engkau membawa mereka dan Kaucangkokkan mereka di atas gunung milik-Mu sendiri"

(ay. 17).

Kata “kasih setia” dalam ayat 13 diterjemahkan dari kata hesed. Kata Ibrani ini sering digunakan pada Allah dan menunjukkan kesetiaan-Nya pada perjanjian dengan umat-Nya. la menjanjikan Abraham akan memiliki banyak keturunan dan memiliki tanah yang luas. Dan Allah mengulangi janji ini ketika la berbicara kepada Musa (Kel. 6:4:8). Allah berkata, “Aku ingat kepada perjanjian-Ku” (ay. 5). Saatnya bagi Allah untuk melaksanakan janji-Nya.

Dan la menepati janji-Nya. Apakah Anda juga?

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan