Makanan yang Haram

“Akulah TUHAN, Allahmu,... haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi" (Imamat 11:44).

Orang Israel diperbolehkan makan (1) mamalia yang berkuku belah dan mengunyah makanannya, (2) ikan yang memiliki sirip dan sisik, (3) unggas-unggas tertentu. Banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan aturan ini, namun tidak ada yang memuaskan.

Ada yang mengatakan bahwa makanan "haram” menimbulkan penyakit Tapi tunggu dulu! Daging babi memang bisa menyebabkan penyakit karena cacingnya, tapi itu jiki tidak dimasak sampai matang. Sebaliknya, hewan yang disebut "halal" pun bisa menimbulkan penyakit. Yang lain berpendapat bahwa hewan yang diharamkan itu memiliki kebiasaan yang jorok. Babi, contohnya, berkubang di lumpur. Bagaimana dengan hewan “halal" seperti domba yang bulunya penuh kotoran? Ada yang menjelaskan bahwa unggas tertentu diharamkan karena suka makan bangkai. Tapi ayam yang "halal"pun gemar melakukannya.

Kitab Imamat memberikan alasan dikeluarkannya aturan tentang makanan ini. Bangsa Israel hanya boleh makan daging yang “halal” supaya mereka tetap kudus, karena Allah itu kudus—sebuah alasan religius. Tapi bagaimanakah,! menggolongkan hewan yang “halal" dan “haram” akan dapat membantu meningkatkan kekudusan?

Ada yang menunjukkan bahwa membedakan antara “halal” dan “haram” membantu memelihara tata alam semesta. Kekotoran adalah sesuatu yang -, tidak pada tempatnya. Kekudusan artinya memelihara segala sesuatu pada tempatnya. Orang Israel pantang makan daging hewan-hewan itu demi memelihara tata alam semesta Uraian dari keterangan ini juga menuai banyak kritik. Namun, setidaknya menunjukkan bahwa pemisahan hewan yang “halal” dan “haram” ..... merupakan salah satu jalan bahwa orang Israel akan menjadi kudus.

Orang-orang Advent di masa awal telah mendiskusikan dengan serius Imamat pasal 11 ini. Stephen Haskell mendukung pelaksanaan aturan-aturan itu,

James White mengatakan bahwa Kristus telah menghapuskan pembedaan daging yang “halal" dan “haram" tersebut. Dan apakah dengan menerima pembedaan tersebut kita juga harus menerima aturan lainnya dalam kitab Imamat? Setelah melalui pergumulan panjang akhirnya kita sepakat untuk makan hanya daging yang “halal", dan menghindari yang “haram.”

Yang jelas, mereka yang memilih makanan vegetaris tidak perlu khawatir akan melanggar aturan itu.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan