“Lalu kembalilah Musa menghadap Tuhan dan berkata: 'Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi .mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah ‘ Kautulis' ” (Keluaran 32:31, 32).
A. J. Jacobs, editor agnostik untuk majalah Esquire, suatu hari berencana menemukan apa artinya "hidup secara Alkitabiah." Jadi selama 12 bulan ia menjalani kehidupan harfiah Kitab Suci Ibrani, menuruti Sepuluh Hukum, tidak mengenakan pakaian dari serat campuran, rnengasihi sesama, dll. Kelika tahun berlalu, ia menulis buku The Year Of Living Biblically. Suatu kali ada satu bangsa yang adalah satu umat terpilih. Dan mereka mengalami kemerosotan moral yang mengerikan. Tetapi terlepas dari krisis itu mereka diajarkan dua pelajaran penting, dua ajaran penting agar umat pilihan sekarang ini belajar bagaimana hidup secara Alkitabiah. Musa sedih hati. Ini adalah bangsanya-dia yang adalah ayah wali kerohanian mereka. Kemah itu porak poranda. Mereka yang bertahan dari bencana mengerikan itu sedih dan bertobat. Apakah yang harus dilakukan Allah? Musa memohon pengampunan Ilahi atas nama bangsa pilihan. Kalau tidak, sebagaimana ayat kita katakan, “Hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis."Besarnya kasih yang mengorbankan diri semacam itu-kasih seorang pemimpin dari bangsanya yang memberontak-tak ada bandingannya dalam Kitab Suci kecuali bagi Paulus dan Yesus. Namun Kristus yang prainkarnasi, yang kepada-Nya Musa memohon, mengetahui bahwa bagi umat pilihan ini adalah saat penting untuk belajar.
0 komentar :
Post a Comment