YESUS PRIBADI YANG BERANI
“Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah” (Yohanes 5:15-18).
Pertentangan antara Yesus dan para pemimpin Yahudi berlanjut terus-menerus. Bukan saja karena masalah Sabat, tetapi karena Dia dianggap mengambil hak istimewa Allah dalam menguraikan kegiatan yang menurut hukum pada hari kudus. Dan di sini kita harus mengerti dengan jelas. Yesus tidak pernah sekalipun dalam Perjanjian Baru menolak Sabat hari ketujuh. Apa yang dia campakkan adalah cara orang Yahudi merayakannya-cara mereka membuat suatu pemberian sukacita dan kasih karunia menjadi beban dan kuk yang begitu berat sehingga tidak ada orang dapat memikulnya.
Sepanjang seluruh pertentangan tentang Sabat dalam Yohanes 5, Yesus menyatakan bahwa Dia Mesias dan Ilahi, secara implisit dan eksplisit. Pada tahap implisit, mukjizat menyembuhkan seseorang yang tak dapat berjalan selama 38 tahun adalah suatu tanda yang berkaitan dengan Mesias. Gambaran Yesaya mengenai zaman baru yang akan dibawa Mesias menunjukkan bahwa “pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa” (Yes. 35:6). Pada tahap eksplisit, Yesus tidak terkebelakang dalam mengidentifikasi Allah sebagai Bapa-Nya dengan pengertian khusus (Yoh. 5:17). Orang-orang Yahudi pun mempermasalahkan apa yang Dia maksudkan-bahwa Dia “menyamakan diri-Nya dengan Allah” (ayat 18). Hal itu bahkan akan lebih nyata pada ayat-ayat berikut, di mana Yesus menghubungkan bagi diri-Nya hak-hak istimewa untuk membangkitkan orang mati dan penghakiman-yang menurut pemikiran Yahudi adalah sifat yang hanya dimiliki Allah.
Pernyataan-pernyataan itulah yang setapak demi setapak membawa Yesus menuju kayu salib. Sabat hanya sekadar suatu aspek di luar pertentangan antara Yesus dan para pemimpin agama. Inti masalahnya adalah bahwa dengan menegaskan bahwa Dia Ilahi, maka di mata mereka Dia menghujat, tuduhan yang mereka letakkan pada diri-Nya selama berbagai peradilan yang mengakibatkan penyaliban-Nya.
Dalam semua kegiatan-Nya, kita jadi mengenal Yesus sebagai Pribadi yang luar biasa dan memiliki keberanian yang tiada duanya. Dia memahami bahwa berbicara dan bertindak seperti diri-Nya dapat mengundang maut. Tetapi Dia mengerti misi-Nya dan terus melangkah maju.
Tuhan, hari ini tolonglah saya memiliki jenis iman yang sama kepada Yesus seperti Dia beriman kepada Diri-Nya sendiri. Dan kuatkanlah saya agar mendapat lebih banyak lagi keberanian-Nya.
0 komentar :
Post a Comment