UMAT PERCAYA SUDAH MEMILIKI HIDUP KEKAL
“Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Yohanes 3:35,36).
“Kehidupan kekal” adalah frasa yang mengikat renungan hari ini dengan renungan kemarin. Ayat 16 menyatakan bahwa “setiap orang yang percaya... akan beroleh hidup yang kekal.” Dan ayat 36 menyatakan bahwa mereka yang percaya sudah mendapat karunia itu.
Di sini kita memiliki sebuah tema yang melintasi separuh pertama dari Injil keempat. Yohanes 5:24 menemukan Yesus berkata “barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal,” dan di dalam Yohanes 6:47 Dia memberitahu para pengikut-Nya bahwa “Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.”
Karunia itu bukan untuk masa depan, tetapi itu sekarang milik semua yang percaya. Bukan main janji itu! Setiap orang yang sungguh-sungguh percaya sudah memiliki kehidupan kekal.
Tetapi kemudian, Anda tentu bertanya, mengapa umat Kristen sejati meninggal? Di sini kita harus memahami perbedaan Alkitabiah antara kehidupan kekal dan kekekalan. Kehidupan kekal sudah kita miliki, tetapi kekekalan adalah sesuatu yang tidak diberikan kepada setiap manusia sampai kedatangan Yesus kedua kali. Paulus memberitahu bahwa “nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.” Hanya pada saat itu maut akhirnya akan dikalahkan (1 Kor. 15:51-55).
Kenyataan kasus ini adalah bahwa kehidupan kekal dikenakan kematian pertama, di mana orang-orang menghabiskan beberapa waktu tidur di dalam kubur mereka. Sebaliknya, kekekalan berarti mereka yang memilikinya sama sekali tidak dikenakan kematian jenis apa pun. Umat Kristen memiliki kehidupan kekal sekarang, tetapi tidak akan memiliki kekekalan sampai Allah melimpahkan karunia ini kepada mereka di akhir sejarah bumi. Tentu saja, yang jahat tidak akan pernah menerimanya. Dengan demikian, karena mereka fana, mereka akan binasa dalam api neraka dan bukan menderita melalui zaman-zaman tanpa akhir pada kekekalan di tangan Allah yang pengasih (lihat 2 Tes. 1:9; Mal. 4:1; Rm. 6:23; Why. 20:14).
Hal penting lainnya mengenai Yohanes 3:36 adalah bahwa murka Allah tidak sama seperti amarah tak terkendali, itu adalah sikap-Nya yang penuh kasih yang akhirnya mengakhiri dunia di mana mereka yang tak berdosa menderita. Wahyu 6:16 menggambarkannya sebagai “murka Anak Domba.”
Berita terbaik dalam Yohanes 3:36 adalah bahwa kita masing-masing memutuskan untuk menentukan pilihan kita untuk kehidupan kekal.
0 komentar :
Post a Comment