KABAR BAIK UNTUK MURID-MURID YANG KACAU
"Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun. Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.’ Petrus menjawab-Nya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’ Yesus berkata kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ Kata Petrus kepada-Nya: ‘Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.’Semua murid yang lain pun berkata demikian juga” (Matius 26:30-35).
Jika ramalan Yesus bahwa salah satu dari keduabelas murid itu akan mengkhianati Dia mengguncang para murid, pengumuman-Nya yang baru bahwa mereka semua akan meninggalkan-Nya malam itu, juga seharusnya membuat mereka terpukul dan sekaligus menyadarkan mereka pada saat bersamaan.
Tetapi bukan itu yang terjadi. Entah mereka tidak mengerti apa yang Yesus beritahu dengan kata-kata yang jelas tersebut, atau mereka memilih untuk tidak mempercayai-Nya.
Inilah masalah yang kita para murid modem dapat (atau harus) pahami. Entah kita bersedia mengakuinya atau tidak, kita masing-masing cenderung mengambil atau memilih aspek-aspek ajaran Tuhan yang kita ingin percaya dan tekankan. Dan masalah sebenarnya adalah kita sering tidak memedulikan atau melewatkan nasihat-nasihat-Nya yang paling perlu kita dengar.
Bagaimanapun keadaannya, perikop hari ini menyuguhkan beberapa kebenaran penting. Pertama, Yesus menunjukkan sekali lagi bahwa Dia tidak tertatih-tatih secara membuta menuju ke kayu salib. Dia mengetahui apa yang sedang Ia lakukan. Dan Dia bahkan tahu bahwa Dia akan bangkit kembali untuk menemukan para pengikut-Nya di Galilea.
Kebenaran kedua dalam perikop ini adalah kelompok pendukung Yesus menjadi sandungan besar dan sama sekali tidak mengetahui apa yang sedang Dia lakukan atau bagaimana mereka akan bereaksi. Mereka adalah contoh utama percaya diri yang palsu dan ketidaktahuan secara keseluruhan. Masih memimpikan Mesias sebagai Raja penakluk dan bukan sebagai Hamba yang menderita, mereka seharusnya mengerti maksud dan tujuan penderitaan Yesus. Kesalahpahaman seperti itu menjadikan mereka keliru di saat krisis.
Hal ketiga adalah kasih karunia yang penuh dari Yesus. Walau sifat mereka angkuh, kegagalan mereka, dan pengkhianatan mereka, tapi Yesus akan menemui mereka di Galilea. Inilah kasih karunia yang paling mulia.
Dan di dalam kasih karunia, Anda dan saya perlu bersukaria, karena kita juga murid-murid yang kacau. Di sini ada janji yang patut kita ingat: Yesus tidak menolak kita apabila kita mengecewakan Dia. Dia tidak meninggalkan para murid-Nya yang mula-mula, tetapi selanjutnya bekerja bersama mereka. Begitu juga keadaannya dengan kita. Tidak mengherankan Alkitab menyebut pesan Yesus merupakan “kabar baik.”