LAGI TENTANG MENGHASILKAN BUAH
“Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.... Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain”(Yohanes 15:10-17).
Beberapa topik tertentu rupanya tidak dapat Yesus jauhi dari kata-kata terakhir-Nya yang sangat penting bagi para murid-Nya sementara mereka menuju Getsemani dan kayu salib. Dua kata-kata itu adalah “perintah” dan “kasih.” Yesus membuatnya jelas secara mutlak supaya jika kita tinggal di dalam Dia, kita akan menaati perintah-Nya. Dan Dia tetap menyerukan bahwa jika seseorang tinggal di dalam Dia, maka akan mengasihi sesamanya.
Kenyataannya, kedua hasil itu sesungguhnya satu. Sebagaimana kita catat sebelumnya, semua perintah itu berdasarkan prinsip kasih. Salah satu yang menyedihkan bagi Kaum Farisi bahwa mereka terlalu sering memisahkan keduanya. Dan beberapa anggota gereja melakukan hal yang sama. Mereka taat kepada semua perintah Allah, termasuk Sepuluh Perintah, tetapi mereka terlalu sering tidak ujur terhadap orang-orang lain di dalam dan di luar gereja. Tetapi hubungannya dengan Yesus merupakan lebih daripada sekadar ketaatan lahiriah. Inilah hubungan penuh kasih dengan-Nya yang melimpah setiap hari dalam kasih kepada semua di sekeliling kita, bahkan terhadap musuh-musuh kita dan mereka yang menyalahgunakan kita (Mat. 5:44)
Terhubung dengan Kristus berarti menjalani kehidupan kasih yang mengorbankan diri sendiri, bahkan sampai sedemikian rupa, jika perlu membaktikan kehidupan kita untuk kesejahteraan orang lain. Yesus, tentu saja, pada awalnya menujukan kata-kata tersebut kepada para murid-Nya yang bertikai satu dengan yang lain, supaya mereka sadar dan berhenti saling menekan tentang kedudukan teratas dan membiarkan kasih satu sama lain mengisi hati dan tingkah laku mereka.
Firman-Nya juga ditujukan kepada saya, dan saya memerlukannya. Kecenderungan alami saya adalah mengasihi diri saya sendiri dan menggunakan orang lain demi kepentingan diri saya. Tetapi Yesus menyerukan supaya pola seperti itu dibalikkan. Jika saya benar-benar tinggal di dalam Dia, maka saya akan mengabdikan kehidupan saya menjadi berkat bagi orang lain.
Orang-orang telah mengembangkan banyak gambaran mengenai apa artinya menjadi umat Kristen yang benar. Tetapi Yesus memberikan yang terbaik dan paling berkesan. Kita harus memiliki kasih-Nya yang mengalir ke luar dari hati kita, supaya kita dapat memiliki sukacita sejati dan boleh disebut “sahabat”-Nya dalam arti sebenarnya kata itu.