PERADILAN YUDAS

“Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: ‘Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.’ Tetapi jawab mereka: ‘Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!’ Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri” (Matius 27:3-5).

Hal paling unik mengenai peradilan Yudas adalah dia menjatuhkan vonis bagi dirinya sendiri. Mustahil bagi kita untuk mengerti apa yang melintas di pikirannya yang menyimpang sebelum ini, tetapi ada satu hal yang setidaknya jelas baginya. Dia sekarang mengerti kebusukan mengerikan yang telah dia lakukan. Ketika dia coba mengembalikan uang itu, para imam hanya mengejeknya. Begitulah ulah teman-teman yang berdosa sama. Mereka telah menggunakan dia untuk tujuan mereka dan kemudian menghina dia pada saat dia perlukan.

Pada saat itu Yudas “melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci.” Ada dua kata penting dalam kalimat itu yang arti sepenuhnya sebagian besar terjemahan menyatakan bahwa dia “melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci,” memberitahu untuk mencerminkan.

Yang pertama adalah kata “Bait Suci.” Ini bukanlah kata umum untuk Bait Suci (hieron), tetapi untuk Bait Suci sebenarnya. Untuk tiba di tempat itu Yudas harus melewati halaman orang-orang yang bukan Yahudi, halaman kaum Wanita, dan halaman orang Israel. Lewat tempat-tempat itu dia tidak bisa masuk. Dia telah tiba pada pagar yang menghalangi dia masuk halaman imam-imam. Akibatnya, dia harus meneriakkan percakapannya dengan para imam.

Itu membawa kita kepada kata kedua yang penting, biasanya diterjemahkan “melemparkan,” suatu penyampaian di sini yang dituntut oleh keadaan Bait Suci. Dia “melemparkan” uang itu ke arah para imam yang mengejeknya dan keluar untuk menggantung diri.

Demikianlah akhir seorang laki-laki yang dengan kelicikannya tidak seperti yang dia harapkan. Dia bermaksud memaksakan Yesus yang enggan untuk memperlihatkan kuasa-Nya sebagai Mesias, tetapi yang ia dapatkan hanyalah mengantar Kristus ke kayu salib. Kehidupan Yudas hancur berantakan.

Dua pelajaran menonjol dari pengalaman ini. Pertama, kita sering membenci hal-hal yang kita peroleh dari dosa. Tujuan berbuat dosa dalam beberapa kasus menjadi memuakkan dan menjijikkan. Begitulah keadaanYudas dan juga Amnon menaklukan saudara perempuannya Tamar (2 Sam. 13:1-19).

Pelajaran kedua adalah kita tidak dapat memundurkan waktu. Kita semua pernah mengalami saat-saat yang kita inginkan dapat mengulangi kejadian-kejadian yang sudah lewat, agar kita dapat melakukannya lagi secara berbeda. Tetapi itu suatu kemustahilan. Kita dan orang lain harus menangani akibat-akibat tindakan kita. Dengan kenyataan yang keras itu dalam pikiran kita, maka kita perlu berhati-hati bagaimana kita menjalani hidup setiap hari.
 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan