PERUMPAMAAN 4:
BEKERJA SEMENTARA MENUNGGU DAN BERJAGA
“Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka” (Matius 25:14-19).
Perumpamaan tentang talenta-talenta, bersamaan dengan ketiga perumpamaan sebelumnya, berlanjut menekankan bersedia bagi kembalinya Tuan. Tetapi perumpamaan itu dimulai dengan menjawab suatu pertanyaan yang tadinya tidak ditanyakan: Apakah yang dimaksud dengan persiapan?
Alur cerita cukup sederhana. Seorang laki-laki (Kristus) pergi dan memberi masing-masing hambanya talenta (sejumlah besar uang). Dua yang pertama menjalankan talenta-talenta itu sebagai modal dan meningkatkan investasi tuan mereka, sedangkan yang ketiga hanya menyimpannya dengan memendamnya dalam tanah supaya aman.
Tetapi tuan mereka menghendaki lebih daripada sekadar keamanan investasinya. Dia mengharapkan para hambanya menggunakan talenta-talenta itu supaya menghasilkan keuntungan. Hal itu menjadi nyata setelah “lama sesudah itu” dia kembali untuk melakukan perhitungan dan menentukan kesetiaan para hambanya ketika dia pergi. Di dalam penilaian yang kemudian menyusul, dia menghadiahi kedua hambanya yang setia, tetapi dia menghukum hamba yang tidak melakukan apa-apa (Mat. 25:24-30).
Pelajarannya jelas. Bersedia bagi kedatangan Kristus bukan menunggu peristiwa itu secara pasif. Lebih tepat, bersedia adalah tanggung jawab aktif yang membawa hasil yang dapat dilihat dan disetujui Tuan kita.
Kita pelajari juga dari perumpamaan ini, Allah tidak mengharapkan hasil yang sama dari setiap orang. Umat Kristen memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda. Bukan jumlah keterampilan seseorang yang Dia nilai dalam penghakiman, tetapi apakah dia-pria dan wanita-sepenuhnya menggunakan seluruh keterampilan yang Allah telah berikan kepada mereka.
Pelajaran lain dari perumpamaan ini adalah bahwa Tuhan memberikan orang-orang setia tanggung-jawab yang lebih besar lagi dan bukan ganjaran. Kebesaran berdasarkan pelayanan (Mat. 20:26-28) akan berlanjut di masa yang akan datang. Itulah prinsip abadi dalam kerajaan surga. Buku Membina Pendidikan Sejati menangkap konsep itu dengan baik ketika menjelaskan bahwa pendidikan yang benar “menyiapkan anak didik supaya senang bekerja di dunia ini dan lebih tinggi kesenangannya dalam pekerjaan yang lebih luas di dunia yang akan datang” (hlm. 9,10).