KETEGANGAN DALAM RUANGAN
“Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu” (Yohanes 13:3-5)-
Ketegangan mengisi ruangan.
Lukas memberitahu kita, para murid dalam perdebatan mengenai siapa di antara mereka yang terbesar ketika mereka berjalan menuju perjamuan Paskah (Luk. 22:34). Dengan demikian mereka gelisah sewaktu mereka memasuki ruangan. Lebih dari sekadar dorong mendorong terjadi sewaktu mereka duduk. Yudas dan Yohanes berhasil menang atas Petrus yang agresif, dengan Yudas mendapatkan tempat di kiri Yesus dan Yohanes di kanan-Nya. Mereka semua menginginkan posisi yang penting.
Ketegangan tidak berkurang setelah mereka mengambil tempat duduk masing-masing. Bagaimanapun, ada sesuatu yang kosong. Bukan saja teko-atau baskom. Semua pada tempatnya. Tetapi tidak ada hamba untuk mencuci kaki mereka. Pada jalan setapak dan jalanan yang kotor di hari itu, kaki orang yang melakukan perjalanan akan berdebu di musim kemarau dan berlumpur selama musim penghujan. Kotoran binatang mencemari setiap jalanan dan jalan setapak. Akibatnya, pada peristiwa pesta maka seorang hamba akan mencuci kaki semuanya.
Tetapi tidak ada hamba. Sementara para murid itu memandang ke sekeliling meja, mereka masing-masing memutuskan bahwa mereka sendiri tidak akan menjalani peran yang rendahan itu. Ketegangan itu dapat dirasakan di antara mereka sementara mereka sama sekali tidak bergerak untuk melayani satu sama lain. Yesus, memahami sekali situasi saat itu, sekadar menunggu dan memerhatikan untuk melihat apa yang akan mereka lakukan.
Dalam situasi yang mudah meletup itu, Dia akhirnya berdiri, mengikatkan kain lenan pada pinggangnya, menuangkan air ke dalam baskom, dan mulai mencuci kaki setiap murid.
Pertunjukan yang luar biasa! Di sini Dia, “bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya” dan bahwa tidak lama lagi Dia akan duduk di sebelah kanan Bapa di surga, tetapi memainkan peran hamba.
Yesus, sedih melihat tingkah laku para pengikut-Nya, memerlihatkan pelajaran yang sangat mereka perlukan. Seluruh hidupnya merupakan pelayan tanpa memikirkan diri sendiri. Dan sekarang Dia mendapat kesempatan terakhir untuk menunjukkan prinsip itu dengan cara yang tidak akan pernah mereka lupakan.
Tuhan, ada ketegangan di dalam hati saya juga. Saya bergumul antara prinsip-prinsip Yesus dan prinsip-prinsip para murid. Tolonglah saya.