PASKAH TERAKHIR
“Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: ‘Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?’ Jawab Yesus: ‘Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.’Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah” (Matius 26:17-19).
Yesus sudah bergerak menuju ke salib, sejak Dia pertama kali memberitahu kepada murid-murid-Nya tentang kematian-Nya yang akan datang. Peristiwa-peristiwa sejak masuknya ke Yerusalem penuh kemenangan, mulai mempercepat. Para pemimpin Yahudi telah memutuskan bahwa waktunya telah tiba untuk menghukum mati Dia. Dan Yudas dengan sukarela telah memberi jasanya membantu mereka dalam rencana busuk mereka.
Paskah sudah mendekat. Tetapi Yesus dan para murid-Nya akan makan sajian paskah pada hari Kamis, malam sebelum perjamuan Paskah yang lazim. Dalam kasus Yesus ini suatu keharusan, karena Dia tahu bahwa Dia akan mati pada Jumat malam. Anak domba Paskah akan disembelih di Bait Allah pada Jumat siang, tepat pada waktu Dia juga akan mati. Ketepatan waktu itu penting, karena seperti dikatakan Paulus, Yesus adalah “anak domba Paskah kita [yang] juga telah disembelih” (1 Kor. 5:7).
Kenyataan bahwa Yesus mati di hari Paskah bukan suatu kebetulan. Itu sudah ada di dalam rencana Allah sejak permulaan. Paskah dimulai pada saat keluar dari Mesir. Allah mengadakan itu untuk memperingati di malam umat Israel meloloskan diri, ketika semua anak-anak sulung orang Mesir mati. Setiap keluarga Yahudi diharuskan menyembelih seekor anak domba dan memercikkan darahnya pada ambang pintu sebagai suatu tanda bahwa rumah mereka harus dilewati apabila maut mendadak memasuki rumah-rumah orang Mesir. Percikan darah itu akan menyelamatkan penghuni rumah tersebut. Dan dengan demikian darah anak domba Paskah menyelamatkan umat Allah (Kel. 12). Perjanjian Baru memandang Paskah sebagai lambang pekerjaan Yesus.
J. C. Ryle menjelaskan bahwa “hubungan yang disengaja antara saat Paskah Yahudi dan saat kematian Kristus” adalah penting sekali. “Tidak sekalipun kita dapat meragukan bahwa itu suatu kebetulan, tetapi oleh janji perlindungan Allah, bahwa Tuhan kita disalibkan pada minggu Paskah.... Hal itu dimaksudkan untuk menarik perhatian bangsa Yahudi kepada-Nya sebagai Anak Domba Allah yang benar. Hal itu dimaksudkan menjadi pertanda “penebusan dan penyelamatan dari ikatan dosa, yang akan dibawa Tuhan kita Yesus Kristus.”
Paskah yang bersejarah itu adalah titik puncak sejarah penebusan.