YUDAS "MEMBANTU" YESUS
"Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: ‘Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?’ Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus” (Matius 26:14-16).
Para pemimpin Yahudi siap bergerak kepada Yesus, tetapi mereka menghadapi beberapa masalah. Pertama, mereka tidak berani mengambil risiko bertindak secara terbuka, karena massa berkenan kepada-Nya (Mat. 26:5). Tetapi mereka kepepet dengan waktu. Bagaimanapun, jika mereka menunda gerakan mereka sampai setelah usai Paskah, Yesus kemungkinan meninggalkan kota dan dengan demikian terhindar dari jangkauan mereka.
Bantuan bagi upaya mereka datang dari sumber yang sama sekali tidak mereka duga-hampir tidak dapat dipercaya: Pengkhianatan salah seorang dari 12 murid Yesus. Yudas Iskariot setuju bekerja sebagai orang dalam dengan bayaran 30 keping perak, harga seorang budak (Zak. 11:12). Dia rela mengatur waktu yang tepat bagi para pemimpin Yahudi untuk menahan Yesus.
Semua kitab Injil melaporkan pengkhianatan Yudas, tetapi tak satu pun mengemukakan alasan tindakan tersebut. Dalam ketiadaan keterangan itu, para ahli Alkitab mengemukakan beberapa kemungkinan. Salah satunya adalah Yudas kecewa kepada Yesus ketika dia mengetahui bahwa Yesus seorang pendamai dan bukan Mesias militer yang akan menggulingkan bangsa Romawi.
Tetapi alasan satu-satunya disebut dalam Perjanjian Baru adalah uang. Bukanlah suatu kebetulan bahwa Matius menempatkan kisah wanita yang mengurapi kaki Yesus di antara kisah perencanaan yang penuh frustrasi para pemimpin Yahudi dan kisah Yudas yang sukarela mengkhianati Yesus.
Injil keempat membantu kita di sini. Injil itu memberitahu kita bahwa Yudas merasa kesal karena harga wewangian (hampir seharga upah setahun) dan bahwa dia suka mencuri dari kantong uang bersama yang ada padanya (Yoh. 12:4-6).
Mementingkan diri sendiri oleh Yudas, tidak memberi kita pemahaman yang cukup pada tindakan Yudas, terutama karena dia masih mengharapkan kerajaan Mesias di bumi di mana dia akan menjadi seorang pemimpin terkemuka. Rupanya keterangan terbaik adalah bahwa melalui pengkhianatan maka Yudas berusaha memaksakan Yesus yang lamban itu mengeluarkan kuasa-Nya dan mendirikan kerajaan-Nya. Dari semua sudut perkiraan kemungkinan tindakan Yudas, rencana terakhir inilah yang paling cocok dengan semua fakta yang ada. Dan itu juga menerangkan mengapa Yudas bunuh diri ketika rencana-rencananya meleset.
Pertanyaan untuk dipikirkan: Apakah saya selalu bersalah kalau saya sedikit memaksa supaya membuat Allah bergerak ke arah yang menurut saya Dia harus tempuh?