HUKUMAN BURUK BAGI RAJA
“Lalu ia [Pilatus] membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan. Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: ‘Salam, hai Raja orang Yahudi!’ Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan” (Matius 27:26-33).
Mendera tidak punya arti banyak bagi saya. Karena saya tidak pernah mengalami didera, atau menyaksikan orang didera. Kekejaman seperti itu dilarang di zaman sekarang.
Tetapi pencambukan Romawi adalah siksaan yang brutal. Cemetinya memiliki tali-tali kulit yang panjang dengan potongan-potongan logam dan tulang yang tajam disematkan di sana-sini. Peralatan seperti itu dapat merobek daging seseorang sampai ke tulangnya. Beberapa korban tidak pernah mampu menahankannya sedangkan yang lain menjadi gila karena siksaan seperti itu. Dalam kasus Yesus, itu sekadar permulaan.
Walau saya belum pernah didera, saya pernah diludahi. Saya ingat pada waktu saya berusia 18 tahun mengantri suatu pagi ketika ludah dan reak kental jatuh ke atas kepala saya. Saya memandang ke atas dan melihat seorang remaja brandal kira-kira seusia saya tertawa lebar kepada saya dari sebuah tempat terbuka beberapa tingkat di atas saya. Tidak ada jalan untuk menghantamnya, tetapi andai saya bisa, tentu akan ada perkelahian sengit. Tidak banyak hal dalam hidup saya yang lebih menjijikkan dan menghina.
Tetapi pengalaman saya itu bukan apa-apa dibanding apa yang dialami Yesus di tangan sekelompok prajurit yang kasar, keras dan bodoh, ketika mereka mengolok-olok dan melecehkan Dia sementara menunggu selesainya persiapan untuk penyaliban.
Yang cukup menarik adalah para prajurit itu paling tidak perlu dipersalahkan, dibandingkan mereka yang menyebabkan kematian Yesus. Mereka baru saja mendampingi Pilatus ke Yerusalem. Maka, mereka sama sekali tidak tahu siapa Yesus. Tidak seperti orang-orang Yahudi dan Pilatus, mereka berbuat demikian karena tidak tahu apa-apa. Bagi mereka, Dia hanyalah seorang Galilea yang bersalah. Karena mereka tidak membenci-Nya, mereka sekadar melakukan apa yang orang-orang kasar dan bodoh lakukan di dalam dunia yang sakit yang menjadikan beberapa orang sasaran olok-olok. Tetapi mereka melakukannya. Dan Yesus menderita malu dan penghinaan itu semua.
Tetapi bukan saja Dia menderitanya: Dia mengalaminya untuk saya. Sangat mengherankan! Satu anggota Keallahan datang dan dipermalukan begitu kejam untuk saya! Saya sendiri bersedia melakukan apa saja bagi-Nya?