KEGAGALAN KHOTBAH KRISTEN PERTAMA
‘Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul. Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu” (Lukas 24:10,11).
Kemarin kita baca, malaikat memerintahkan para wanita untuk memberi-tahu para murid tentang kebangkitan kembali, tetapi mereka “keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun juga karena takut” (Mrk. 16:8).
Tidaklah terlalu sulit untuk melihat mengapa. Setelah semua yang terjadi, untuk tiba di makam mencari jenazah orang mati tetapi menemukan malaikat membuat mereka begitu ketakutan di antara mereka. Apa yang tidak mudah untuk dimengerti adalah ketakutan mereka dan tidak mengatakan apa-apa. Bagaimanapun, mereka telah menerima pesan pengharapan dan sukacita dengan tugas pokok untuk meneruskannya kepada para murid.
Sampai tahap ini kitab Injil menggambarkan para wanita sebagai secara konsisten berani dan tetap teguh. Tetapi sekarang mereka gagal. Ketakutan dan ketidaktaatan mereka memperlihatkan sesuatu yang rupanya adalah ketidaksanggupan untuk sungguh-sungguh percaya kabar baik itu. Mereka tak dapat berkata apa-apa waktu diperintahkan untuk berbicara.
Ini adalah sebuah paradoks. Di sebagian besar kisah injil Yesus sudah memerintahkan secara pribadi untuk tetap berdiam mengenai kebenaran diri-Nya, walau mereka menyampaikannya ke mana-mana. Tetapi sekarang ada perintah khusus untuk memberi tahu apa yang mereka telah lihat akan tetapi para wanita itu diam saja.
Tetapi tidak untuk waktu lama. Rupanya diperlukan beberapa waktu sebelum kebenaran yang penting itu dari apa yang telah mereka lihat dan dengar masuk ke dalam pikiran mereka setelah mendapat kekejutan berat seperti itu. Lukas mencatat bahwa akhirnya mereka menceritakannya kepada para rasul.
Tetapi mereka tidak memercayai para wanita itu. Dan barangkali itulah sebabnya para wanita itu tidak menyampaikan pesan itu. Di lingkugan masyarakat Yahudi wanita tidak dihitung sebagai saksi. Tetapi Allah tidak melihat secara itu. Dia memilih kaum wanita untuk menjadi saksi-saksi pertama dari kebangkitan. Dan di luar itu, Dia, melalui seorang malaikat, memerintahkan mereka untuk menyampaikan khotbah Kristen yang pertama-“Dia sudah bangkit!” Tetapi kaum prianya, orang-orang Kristen yang baik itu, tidak mau menerima berita dari mulut seorang wanita.
Kenyataan itu memberitahukan dua hal. Pertama, keras kepalanya beberapa pria. Dan yang kedua, tentang kesediaan Allah untuk menggunakan semua orang menyebarkan kabar baik bahwa keselamatan sudah dicapai.
Terlalu banyak di antara kita terkunci di dalam kotak-kotak kecil buatan kita sendiri. Dan persis seperti para murid itu, kita bahkan menolak kabar baik dari orang-orang yang tidak tepat dengan model “kita” yang sudah kita bayangkan sebagai sosok pembawa pekabaran Allah.