BUAH-BUAH SULUNG KAYU SALIB
“Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata, ‘Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah’” (Matius 27:54).
“Penuh kekaguman.” Itulah pernyataan yang tidak diragukan. Kita hanya bisa menggambarkan kepala pasukan Romawi dan para prajuritnya gemetar karena kegelapan supraalami dan gempa dahsyat dan kematian yang disertai teriakan kemenangan Tahanan aneh ini yang telah mereka jaga.
Kita harus melihat dengan lebih saksama lagi kepada kepala pasukan ini. Tidak diragukan, dia adalah seorang yang keras. Hanya orang yang demikian dapat berhasil melakukan tugas sulit mengendalikan keadaan kacau di Palestina. Orang Yahudi menganggap orang Romawi tidak ada gunanya dan secara terbuka menunjukkan ketiaksenangannya melalui tindakan sabotase besar-besaran atau kecil. Orang-orang Romawi bereaksi sama. Kekerasan bertemu kekerasan secara konsisten. Kepala pasukan itu yang berdiri di kaki salib Kristus sudah pasti turut ambil bagian di banyak penyaliban dan menyaksikan orang mati dengan sangat kesakitan. Semua itu adalah bagian pekerjaannya.
Tetapi dia merasakan sesuatu yang berbeda dengan Laki-laki ini, kematian ini. Maka, kita menemukan seseorang, yang hanya beberapa menit sebelumnya mungkin turut ambil bagian dengan kejam mengejek Kristus, sekarang mengaku pada saat kematian Yesus bahwa: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” Bahkan bagi prajurit bukan Yahudi ini dan beberapa pasukannya, jelas ada sesuatu yang berbeda dalam kematian Yesus, bersama rentetan peristiwa-peristiwa dahsyat, yang memperlihatkan bahwa Dia bukan seorang manusia biasa.
Dalam pengakuan kepala pasukan itu, kita menemukan penggenapan suatu nubuatan yang diucapkan Yesus beberapa waktu sebelumnya: “Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yoh. 12:32). Yesus sudah meramalkan kuasa menarik dari kayu salib. Sekarang kita temukan kepala pasukan menjadi buah sulung pertobatan oleh kayu salib Kristus.
Kita jangan mengabaikan pernyataannya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Itulah pernyataan Allah pada pembaptisan-Nya. Itulah terobosan pengertian mendalam dari Petrus mengenai sifat Kemesiasan saat di jalan menuju Kaisarea Filipi. Dan sekarang kita menemukan kebenaran itu dalam diri seorang yang bukan Yahudi. Dengan demikian kisah di dunia mengenai Dia yang akan menjadi “Allah beserta kita," telah terpenuhi.
Kristus Juruselamat kita memiliki kuasa untuk menyelamatkan karena Dia adalah Anak Allah. Dan salib-Nya masih menarik para pria dan wanita kepada pribadi Ilahi-Nya.