Hadiah Terbaik
"Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya
Itu adalah sebuah pemandangan yang menyedihkan. Setelah bertahun-tahun, ia kembali. Kembali dari kehidupan bersenang-senang, dari menabur ladang gandum liar, dari membuang-buang kekuatannya pada pikiran yang tidak tetap, berpesta pora dengan teman-teman, menyia-nyiakan semua warisan yang cukup besar pada peristiwa yang membuat dia kering, terkuras habis, dan putus asa. Tetapi sekarang ketika ia kembali, wilayah yang lazim baginya menyapa matanya: Ladang gandum yang luas, lumbung yang baru digarap, ternak yang merumput, dan pemandangan indah dari gunung yang megah. Itu adalah pemandangan sambutan yang hangat. Namun, cahaya di hatinya tidak cocok dengan berongga di perutnya. Dia senang, tapi dia takut. Apalah yang akan ayahnya lakukan? Apakah dia akan menyuruhnya pergi, membuangnya ke tempat para hamba, membacakan tentang perbuatannya yang jahat, dan menolak dia untuk diampuni?
Mungkin ada cara yang lebih baik untuk melakukan hal ini. Mungkin dia harus meminta salah satu dari hamba, yang mungkin mengenalinya, untuk menghadap ayahnya dan bertanya apakah tidak masalah jika dia datang kembali dan dengan demikian menghindari rasa malu karena ditolak Tetapi sebelum ketakutannya mengalahkan harapannya, lihatlah, ayahnya, bersama para hambanya di belakang, berlari dengan tangan terbuka lebar! Ketika tiba, dia merangkulnya dengan hangat, pelukan penuh air mata, ia sesungguhnya diampuni, diinginkan, dan diterima.
Dia diterima, tapi ia tidak siap untuk masuk ke rumah ayahnya. Pakaiannya compang-camping, rambutnya kusut, dan ia dengan jelas memiliki bau babi dari dirinya. Ia diampuni, tapi tidak siap; diterima, tapi tidak pantas, untuk masuk kembali harus didahului dengan keberadaannya yang bersih dan berpakaian. Itulah sebabnya mengapa sang ayah memerintahkan untuk memberikan pakaian yang baru kepadanya sebelum pesta penyambutan dimulai.
Dan seperti anak yang hilang, kita tidak siap. Meskipun bertobat dan diampuni, itu tidak melayakkan kita untuk hidup dalam kerajaan kemuliaan, kita harus dibersihkan dengan tepat dan berpakaian. Pakaian yang kita terima adalah pakaian yang terbaik yang surga dapat berikan: Jubah kebenaran Kristus. Itulah yang menginspirasi nabi untuk menulis: "Dengan ketaatan-Nya yang sempurna Dia telah memenuhi tuntutan hukum, dan satu-satunya harapan saya terdapat dalam memandang kepada Dia sebagai pengganti saya,... yang menaati hukum dengan sempurna bagi saya" (Selected Messages, jld. 1, hlm. 396).
0 komentar :
Post a Comment