Sebuah Hadiah Mahamulia

"Berjalanlah, berjalanlah melalui pintu-pintu gerbang, persiapkanlah jalan bagi umat, bukalah, bukalah jalan raya, singkirkanlah batu-batu, tegakkanlah panji-panji untuk bangsa-bangsa!” (Yesaya 62:10).

Sebuah standar adalah panji atau bendera untuk mengenal seseorang atau suatu kelompok. Setiap suku Israel memiliki semacam panji pengenal dipasang tinggi di atas masing-masing kemah dan, pada medan peperangan, dibawa ke garis depan dari setiap pasukan yang bertempur. Suku Yehuda memiliki gambar singa pada kibaran panji mereka. Benyamin dikenal melalui serigala, Dan dikenal dengan elang, Naftali dengan rusa, Efraim dengan lembu, Ruben dengan wajah laki-laki, dll. Standar Israel mencakup berbagai tujuan. Itu tidak hanya untuk memperkenalkan suku dan sebagai pengenal dalam pertempuran, tetapi juga menginspirasikan pengabdian khusus pada kegiatan keagamaan dan pengingat akan kehadiran Allah di antara mereka. Kita orang percaya masa kini juga memiliki standar: Panji yang menginspirasikan kita untuk berkorban, sebuah bendera untuk diangkat agar dilihat oleh semua orang, sebuah tanda yang memperkenalkan kita sebagai umat khusus Allah. Itu adalah standar kebenaran.

Mengenai standar ini, pena inspirasi mencatat: "Allah memanggil semua yang mengaku Kristen untuk meninggikan standar kebenaran, dan untuk menyucikan diri seperti Dia adalah suci" (Medical Ministry, hlm. 147). Dan lagi: "Standar kekudusan adalah sama pada hari ini seperti pada zaman para rasul. Baik janji-janji atau persyaratan Allah tidak ada yang hilang sedikit pun dari kekuatan mereka" (Testimonies for the Church, jld. 5, hlm. 240); "Gereja di bumi adalah representatif dari prinsip-prinsip surgawi. Di tengah-tengah konfederasi mengerikan dari ketidakadilan, penipuan, perampokan, dan kejahatan, gereja harus bersinar dengan terang dari atas. Dalam kebenaran Kristus mereka harus berdiri melawan kemurtadan yang terjadi" (Medical Ministry, hlm. 132,133).

Jadi, standar adalah tujuan dan pemberian. Mengenai tujuan, Paulus pada masa tuanya menulis, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku...” (2 Tim. 4:7,8).

Mengenai pemberian, ia mengakui bahkan dengan keyakinan yang lebih tenang dari waktu sebelumnya bahwa ia sudah “berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus...” (Filipi 3:9).

Rasul itu menganggap bahwa tujuan maupun pemberian dapat tercermin dalam hidup kita secara pribadi dan secara bersama-sama mengangkat tinggi yaitu apa yang dibutuhkan dunia dan yang dituntut Allah kita.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan