Kebenaran di Tempat Kerja
"TUHAN tinggi luhur, sebab la tinggal di tempat tinggi; Ia membuat Sion penuh keadilan dan kebenaran" (Yesaya 33:5).
Kebenaran dan keadilan sering digabungkan dalam ekspresi Alkitabiah. Ayub mengatakan, “aku berpakaian kebenaran dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban” (Ayub 29:14); Yeremia berkata, “Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri” (Yer. 23:5); Amos berkata, “Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir" (Amos 5:24); Salomo berkata: “Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan” (Ams. 16:8); dan Tuhan sendiri, melalui Yesaya, menyatakan, “Dan Aku akan membuat keadilan menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat” (Yes. 28:17).
Pemikiran bahwa kebenaran sebagai hubungan pribadi yang penuh perenungan dengan Tuhan dipisahkan dari keadilan sosial, yang muncul dalam tulisan-tulisan dari para bapa gereja mula-mula bukanlah ajaran Alkitab. Aristoteles, yang tulisannya menekankan perenungan (meditasi) atau “pemikiran” sebagai aktivitas utama untuk “dilakukan,” adalah penggagas utama dari kesalah pahaman ini. Para Stoik pada abad permulaan, mereka tahan menderita untuk menjadi sempurna, dan mereka yang bertapa, hidup pada zaman yang sama menjauhkan diri dari segala kenyamanan dan kesenangan duniawi dan suatu bentuk keagamaan hiburan, juga memberikan kontribusi kuat pada ajaran ini Sebagai akibat dari hal ini dan pengaruhnya yang sama, perintah Yesus “janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu” (Mat 6:3) telah keluar dari arti yang sebenarnya (perintah itu tidak dimaksudkan untuk mengumumkan perbuatan baik seseorang), hal itu harus dilaksanakan secara rahasia dan menghindari tindakan sosial yang kelihatan.
Ini merupakan salah satu usaha Setan untuk menghancurkan aspek penting Kekristenan. Benar bahwa saat ini sama seperti dahulu ketika penulis Alkitab menegur dengan tajam mereka yang menindas orang yang miskin dan yang membutuhkan, bahwa kebenaran dan keadilan harus terjalin dengan erat.
Keadilan Tuhan digambarkan dengan sangat jelas melalui keputusan-Nya untuk menjadi manusia. Bukti yang paling meyakinkan akan keserupaan kita dengan-Nya adalah keadilan kita dalam berhubungan dengan orang lain.
0 komentar :
Post a Comment