"RASA TAKUT" LEBIH DARIPADA RASA HORMAT

“Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah. Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang. Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya. Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.’ Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?” (Wahyu 6:12-17).

Sebagaimana saya tuliskan beberapa hari lalu, saya ingin duduk di bagian yang benar ketika dunia ini menyaksikan Yesus datang dalam awan-awan surga. Tidak semua akan dipenuhi sukacita apabila hal itu terjadi.

Gambaran Alkitab yang dimuat ayat hari ini tak melukiskan dari sudut pandang kemuliaan dan dari segi bencana. Dalam bacaan hari ini Yohanes agaknya berusaha menggambarkan akhir bumi ini. Semuanya disebutkan.

Gambaran itu mengingatkan saya ketika saya berdiri terpaku di tanah di Hiroshima, Jepang—tepat di tempat di mana bom atom pertama digunakan dalam kemarahan meledak. Kesan dalam pikiran saya adalah terpesona dan takut kalau-kalau kekuatan menghancurkan bom sederhana (dibanding bom modern) itu mulai tertanam dalam pikiran saya. Tetapi ledakan itu sama sekali tak ada artinya dengan apa yang akan terjadi pada akhir sejarah dunia.

“Takut” adalah satu-satunya kata yang dapat kita gunakan menggambarkan reaksi mereka yang memilih untuk hidup dengan prinsip-prinsip menghancurkan yang bertentangan dengan Allah dan kerajaan-Nya. Yang hanya ingin mereka lakukan adalah meloloskan diri dari Anak Domba. Tetapi itu bukan hal baru. Mereka sudah menolak Dia sepanjang hidup mereka.

Apabila banyak orang modem membaca salah satu peringatan terakhir Alkitab yaitu memanggil pria dan wanita agar “takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya” (Why. 14:7), mereka mengartikan “takut” hanya sekadar “rasa hormat.” Itu memang rasa hormat, tetapi, sebagaimana dijelaskan ayat-ayat hari ini, itu melebihi hal tersebut.

Apabila kekuasaan dibalikkan di akhir zaman, maka banyak mereka yang menciptakan rasa takut di dalam diri orang lain selama hidup mereka, akan menderita karena ketakutan sewaktu mereka melihat kerajaan-kerajaan dan cara-cara hidup mereka berakhir.

Ini bukan ajaran paling menyenangkan dari Alkitab. Tetapi inilah ajaran penting ketika kita mengantre mendapat tempat duduk dan menyaksikan apa yang sesungguhnya “Pertunjukan Terbesar di Bumi.”

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan