Meditasi pada Kesejahteraan
"Dengar, hai Yehuda dan penduduk Yerusalem! Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!” (2 Tawarikh 20:20).
Kemakmuran, kesuksesan, prestasi-siapa yang tidak akan menginginkannya? Apakah hal itu karena kita percaya bahwa kebahagiaan datang dari kemakmuran?
Namun apakah tujuan saya atau tujuan Anda dalam kemakmuran? Dengan standar apakah kita harus mengukurnya, dan bagaimanakah kita mendefinisikannya? Bagaimanakah dengan kecantikan atau kekuasaan? Berapa banyakkah orang yang melapor kepada Anda atau menggantungkan kepada Anda hidup mereka? Berapa banyakkah orang melompat ketika Anda katakan, “Lompat!”? Bakat, keterampilan, atau kemampuan yang mengarah pada ketenaran dan terkenal dalam musik, seni, akting, olahraga, kedokteran, atau prestasi ilmu pengetahuan-satu atau lebih dari antaranya adalah tujuan beberapa orang, bahkan mungkin banyak. Tapi bagi setiap hal ini, berapa banyakkah cukup itu? Bagaimanakah saya tahu bahwa saya sudah mengapainya? Kapankah merasa cukup?
Sejarah menunjukkan bahwa untuk mendapatkan lebih banyak dan lebih sukses dari apa yang tercantum di atas itu, hanya menambah rangsangan selera makan. Beberapa contoh dan keberuntungan bagi beberapa orang yang, setelah menjadi sangat sukses, benar-benar setuju dengan Paulus ketika dia mengatakan: “Sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Flp. 4:11). Kebohongan Iblis adalah bahwa kebahagiaan berasal dari kelimpahan. Hanya jika saya memiliki lebih banyak . (isi yang kosong).
Haman pasti makmur. Dia memiliki kekayaan dan kekuasaan. Semua orang membungkuk padanya kecuali satu—Mordekai. Sayangnya, Haman tidak bisa bahagia sampai yang satu orang lagi tunduk pada dia (Ester 3:5). Cerita ini contoh yang kuat bagaimana obsesi untuk mendapatkan lebih banyak akan menjadi bumerang dan berakhir dengan ketidakbahagiaan dan kehancuran yang besar.
Cerita sisi lain dari sejarah bahwa jika seorang percaya kepada Tuhan dan pekabaran-Nya yang disampaikan melalui para nabi-Nya, maka Allah memelihara milik-Nya sendiri. Mereka menikmati masa damai, istirahat, dan kemakmuran finansial yang besar. Peraturan “tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu” berlaku (Luk. 12:31).
Melalui Yeremia, Tuhan berkata, “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN” (Yer. 9:23,24).
Tuhan, biarkan kesukaan saya bisa mengenal Engkau dengan mempelajari firman-Mu.
0 komentar :
Post a Comment