Makan Bersama
"Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Wahyu 3:20).
Hal ini terjadi setiap hari, dalam setiap kebudayaan, dan di setiap kota, kecamatan, dan desa. Untuk membangun atau memperdalam hubungan, kita manusia duduk dan makan bersama-sama. Kebiasaan itu di dalam gen kita.
Pergilah ke setiap restoran saat makan siang atau makan malam atau kunjungi kafe pinggir jalan dan amatilah dengan diam-diam. Anda pasti melihat transaksi usaha selama makan, atau bisa juga reuni teman. Lihatlah ke sekeliling, dan Anda pasti akan melihat beberapa pasangan, beberapa pada tahap awal untuk mengenal satu sama lain, orang lain mungkin sedang memadu kasih (bahkan mungkin mereka sedang berbulan madu), namun pasangan yang lebih tua lainnya merayakan kehidupan bersama. Mungkin Anda akan melihat sebuah keluarga menikmati makan di luar, atau beberapa meja ditarik bersama-sama untuk pesta-untuk ulang tahun atau mungkin pensiun. Sifat alami manusia untuk makan bersama.
Hubungan penting bisa berkembang dari titik mengundang seseorang ke rumah Anda untuk makan. Pertama, Anda mengatur waktu dan tanggal. Anda dengan saksama merencanakan menu, membeli bahan, dan memulai persiapan dengan baik, memastikan penataan yang baik untuk penerangan, musik, bunga, porselen yang terbaik, kristal, perak yang dipoles, dan linen yang baru dicuci. Dan makanan-egala sesuatu yang dilakukan dengan sempurna, siap pada saat yang sama sehingga Anda dapat duduk untuk makan bersama-sama. Terlepas dari semua persiapan dan perhatian terhadap setiap rincian, itu bukan masalah makan-itu adalah masalah hubungan. Hati menyatu melalui makanan dan minuman. Inilah yang kita lakukan.
Jadi, ketika satu-satunya Allah dan Pencipta, Penguasa alam semesta, Tuhan atas segala tuan dan Raja di atas segala raja, berjalan ke pintu dan mengetuk, menunggu dengan sabar, dan mengetuk lagi, dan menunggu lagi... mungkin saya tidak ada di rumah. Oh, saya ada di rumah, baiklah. Ini adalah pintu untuk hati saya, pikiran saya. Saya selalu di rumah. Dia tahu itu. Jadi Dia memanggil saya. Dia bukan seorang penagih utang atau rentenir, tetapi Bapa yang ingin memiliki hubungan dengan saya. Mendengar panggilan suara-Nya: “Jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku masuk untuk mendapatkannya dan Aku bersama-sama dengan dia.“ Ini bukanlah tentang makanan, ini adalah tentang hubungan.
Tuhan, silahkan masuk. Mari makan makan. Tapi yang lebih penting, mari kita berbicara.
0 komentar :
Post a Comment