Dalam Semuanya? Apakah Anda Bercanda?
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" (1 Tesalonika 5:18).
Bagaimanakah saya bisa bersyukur ketika saya baru saja keluar dari kantor dokter dengan diagnosis yang ditakuti kata “C” dan hanya tiga bulan untuk hidup? Apakah ada cara untuk bersyukur setelah pemakaman pasangan selama 23 tahun? Bagaimanakah seseorang bisa mengucap syukur setelah kecelakaan yang melindas balita Anda sendiri ketika keluar garasi? Ya, ini adalah situasi kehidupan nyata. Namun Paulus mengatakan bahwa kita harus bersyukur dalam segala hal. Apakah dia serius?
Hati saya hancur ketika membaca tentang kekerasan tidak manusiawi yang terjadi selama Perang Tiga Puluh Tahun pada awal hingga pertengahan tahun 1600. Pertama terjadi di Jerman, akhirnya sebagian besar Eropa. Rupanya itu tidak memiliki pemicu jelas, meskipun perbedaan politik dan agama berkontribusi. Dengan membaca deskripsi apa yang terjadi, terdengar lebih seperti anarki, seperti prajurit yang belum dibayar berkeliaran secara kelompok, membunuh, menjarah, memerkosa, dan tanpa alasan mengumpulkan pembayaran dari musuh mereka. Pedesaan benar-benar hancur, warga sipil meninggal karena penyakit dan kelaparan.
Di sebuah kota kecil Jerman yang berbenteng, Eilenburg, di timur laut Leipzig, perang menyebabkan bencana yang mengerikan. Penduduk desa dari beberapa mil di sekitarnya mengungsi ke sana. Musuh mengepung kota, menahan pasokan persediaan. Sehingga terlalu banyak orang dan terlalu sedikit makanan, memperburuk bencana kelaparan dan wabah penyakit. Korban pun terus-menerus berjatuhan. Martin Rinkart dan tiga pendeta lain, melakukan puluhan pemakaman setiap hari. Ketika dua dari tiga pendeta meninggal dan yang lain berhasil melarikan diri, Rinkart tinggal sendirian untuk melakukan itu semua-40 sampai 50 pemakaman setiap hari. Sebelumnya warga kota mengubur orang di parit tanpa pelayanan. Sebanyak 4.480 orang tewas di Eilenburg. Akhirnya, istri Rinkart sakit dan meninggal. Setelah hari-hari pencobaan berat itu, sebuah catatan memuat doa yang telah ditulis Rinkart untuk anak-anaknya. Catatan lain mengatakan bahwa ia menulis itu sebagai perayaan segera setelah perang berakhir. Namun, kata-katanya adalah pernyataan indah untuk keyakinan penuh kepada Allah’ dan tentu saja menjadi contoh bersyukur dalam segala keadaan: “Sekarang kita berterima kasih kepada Allah kita, dengan hati dan tangan dan suara, yang telah melakukan hal yang menakjubkan, di dalam-Nya dunia ini bergembira.... Oh, biarlah Allah pemurah ini selalu bersama kita sepanjang hidup kita.“
Tuhan, terima kasih karena telah mengajar saya agar, tidak peduli apa yang terjadi, saya selalu selaras dengan hati-Mu dan bersyukur kepada-Mu—dalam segala hal.
0 komentar :
Post a Comment