Wesley Banda melayani beberapa desa di Malawi. Keluarga itu tinggal di sebuah rumah dengan dua kamar. Karena wilayah itu tidak memiliki listrik, Ibu Banda menyiapkan makanan keluarga di atas api terbuka di luar. Negara Paraguay memiliki populasi sebanyak 6,8 juta di mana sekitar 112.848 orang merupakan penduduk asli pribumi. Penduduk asli ini mewakili 19 kelompok orang dari lima bahasa yang berbeda. Orang asli Paraguay tinggal di dalam komunitas mereka sendiri, banyak ditemukan di bagian utara dari negara Paraguay. Sayangnya, banyak dari antara mereka belum memiliki akses untuk air minum, listrik, atau pun pendidikan dasar.
Sebuah Keluarga Besar
Seorang pemimpin dari salah satu komunitas ini mendengar berita-berita yang baik tentang sekolah dasar asrama dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh-Escula Adventitsa de Coaguazu-yang terletak di bagian pusat dari negara.
Ia menginginkan cucu laki-lakinya yang masih muda, bernama Pedrito, mendapatkan pendidikan yang baik, jadi ia mendaftarkan cucunya di sekolah tersebut. Walaupun cucunya masih berusia 7 tahun, Pedrito senang bersekolah di sana karena ia merasa ia menjadi bagian dari sebuah keluarga besar. Di sekolah itulah ia belajar membaca dan menulis, menghitung, dan bahkan yang lebih penting lagi, ia belajar tentang Allah yang mengasihi dia. Dia juga belajar mengenai gaya hidup dan kebiasaan orang Kristen, seperti melayangkan doa syukur sebelum makan.
Makan di Luar
Ketika Pedrito pulang ke rumah saat liburan sekolah, ia tidak sabar
Pos Misi- Paraguay memiliki 62 gereja dan 10.804 anggota jemaat.
- Ada 3 sekolah Advent dan 1 universitas di Paraguay.
- Paraguay memiliki 4 pusat kesehatan Advent yakni 2 rumah sakit, 1 klinik, dan 1 pusat pendidikan kesehatan dan gaya hidup.
untuk membagikan pengalamannya kepada keluarganya. Ketika mereka duduk bersama untuk makan, Pedrito memerhatikan bahwa semuanya langsung mulai makan. Walaupun ia merasa kikuk, anak laki-laki yang berusia 7 tahun ini menundukkan kepalanya dan berdoa.
"Mengapa kamu melakukan itu?" Ayah Pedrito bertanya dengan geram. "Kita tidak melakukannya! Jika kamu ingin berdoa, maka ambillah makananmu, pergilah keluar, dan makanlah sendirian!"Pedrito muda yang penurut mengambil makanannya, beranjak keluar dari rumah mereka yang sederhana itu, duduk di lantai, dan. mulai makan.
Selang beberapa waktu, kakek Pedrito datang dan bertanya kepadanya mengapa ia makan di luar. Pedrito menjawab, "Ayah tidak menginginkan saya berdoa untuk makanan ini, jadi saya keluar dan makan di sini."
Bersyukur
Dengan wajah yang marah, kakeknya masuk ke dalam rumah dan berdebat dengan anak laki-lakinya yang adalah Ayah Pedrito. "Mengapa kamu melakukan ini kepada anakmu?" la berteriak. "Kamu seharusnya bahagia karena ia suka berdoa! la telah berubah dan kamu seharusnya bersyukur karena itu!
Saya akan mengunjungi sekolahnya dan meminta mereka untuk datang ke komunitas kita dan mengajarkan kita apa yang Pedrito telah pelajari." Sang kakek kembali ke sekolah Advent itu dan menjelaskan bagaimana bahagianya ia dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada cucunya. "Apakah Anda bersedia," kakek bertanya, "untuk mengirimkan seseorang ke komunitas kami dan mengajarkan kami tentang Allahmu?"
Menjadi Saksi kepada Komunitas
Dengan senang, sekolah itu mengirim seorang pendeta kepada komuntitas tersebut di mana pendeta itu bergaul dengan penduduk di sana dan mengajarkan Alkitab kepada mereka salama tiga bulan. Sang kakek, ibu Pedrito, dan 17 orang lainnya dari komunitas mereka dibaptiskan.
Seiring berjalannya waktu, ada lebih banyak orang yang dibaptiskan dan sekarang terdapat lebih dari 40 orang dibaptiskan menjadi anggota Gereja Masehi Advent Hari ,Ketujuh dari komunitas ini-sebuah gereja yang dimulai oleh seorang anak laki-laki yang ingin berdoa untuk makanannya.
Walaupun ia belum dibaptiskan, Ayah Pedrito sering pergi ke gereja dengan keluarganya. Karena kesaksian Pedrito, ada 7 anak-anak lagi, termasuk adik laki-lakinya, sekarang telah bersekolah di Escula Adventista de Coaaguazu.
Pablo Berkhotbah
Pablo tinggal di Ibukota Asuncion di mana ia menghadiri gereja setiap hari Sabat. Ketika ia masih kecil, Pablo senang duduk di barisan depan dan menggambar wajah dari para pengkhotbah yang berkhotbah pada hari Sabat. Oleh karena gambarnya yang sangat bagus, lukisan Pablo memberikan ekspresi wajah pendeta yang sedang berkhotbah dengan sangat mendetail. Sementara ia menggambar, Pablo mendengarkan dengan saksama khotbah itu, dan ketika ia berusia 6 tahun ia sudah dapat mengkhobahkan khotbahnya sendiri.
"Saya senang berkhotbah tentang Yusuf, Daniel, atau tentang anak-anak yang tidak mau menurut kepada orangtua mereka, dan kemudian saya membandingkan mereka dengan apa yang Alkitab katakan," Pablo menjelaskan.
Pablo mulai berkhotbah sejak ia diundang oleh seorang guru Sekolah Sabat yang memberinya kesempatan untuk berkhotbah pendek di gereja. Dia sangat senang sehingga ia dengan cepat dapat menghapalkan semua yang akan dia bawakan.
Banyak Undangan
Setelah berkhotbah, Pablo diberi tahu oleh gurunya bahwa ia sangat bertalenta dan bahwa gurunya percaya bahwa Allah telah memanggilnya untuk terus berkhotbah. Terkejut dan bahagia, Pablo mulai menerima undangan berkhotbah dari banyak gereja Advent lainnya di Paraguay. Selama 6 tahun yang sudah berlalu, pelayanan khotbah Pablo telah berkembang dan ia terus berkhotbah baik di gereja-gereja besar dan kecil, dan sering berkhotbah pada promosi penginjilan yang diadakan oleh gereja-gereja di Uni Paraguay.
Pablo senang membagikan tentang Alkitab kepada orang lain. Ayat favoritnya terdapat dalam Mazmur 91:15,16, "karena," ia berkata, "itu mengajari saya bahwa jika kita berseru kepada Tuhan, Tuhan akan berada bersama-sama dengan kita, dan kita tidak perlu ragu!"
0 komentar :
Post a Comment