INTI PENCOBAAN

"Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis"(Matius 4:1).

Di sini untuk pertama kali Injil memperkenalkan kita kepada antagonis utama terhadap Kristus dalam konflik antara yang baik dan jahat. Matius menyebutnya "Iblis" dalam ayat 1, "pencoba" dalam ayat 3, dan di dalam ayat 10 "Iblis"-dalam terjemahan-terjemahan lain "Setan" (musuh)-nama sebenarnya setelah kejatuhan dalam kitab Kejadian. Sebelum pasal 4, Iblis selalu aktif di belakang layar, seperti Herodes, tetapi sekarang dia muncul dan maju ke depan.

Kita juga harus mengenal bahwa Allah maupun Roh Kudus bukan perantara yang aktif di dalam pencobaan. Matius cukup hati-hati dalam pemilihan kata-katanya: " Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.” Yakobus dengan jelas mengajarkan kita bahwa Allah tidak mencobai siapa pun (Yak. 1:13). Tetapi Allah mengizinkan para pengikut-Nya untuk mendapatkan pencobaan agar menguatkan dan memperkembang karakter mereka. Jadi kita jangan merasa tidak serasi lagi dengan Allah, apabila diri kita berada di tempat-tempat yang sulit. Bagaimanapun, pencobaan-pencobaan Yesus datang tepat setelah dia dipenuhi Roh pada baptisan-Nya. Para pengikut Allah tidak dikecualikan dari tekanan-tekanan dunia. Lebih tepat ialah mereka diberikan kekuatan untuk melawan kekuatan-kekuatan itu (1 Kor. 10:13). Begitulah dengan Yesus. Ia menghadapi pencobaan-pencobaan biasa dari manusia. Tetapi Dia menang (Ibr. 4:15).

Oleh pencobaan-pencobaan Kristus, kita bertemu dengan sifat esensial pencobaan itu sendiri. Sebelumnya kita catat bahwa Kristus yang memiliki wajah dan tubuh seperti manusia telah “mengosongkan diri-Nya sendiri" ketika Dia datang ke bumi (Flp. 2:5-8). Yaitu, Dia secara sukarela menanggalkan sifat Ilahi-Nya dan menyerahkan diri kepada kondisi-kondisi kehidupan yang juga kita hadapi. Sementara di bumi, Allah Anak hidup dalam kebergantungan kepada Allah Bapa, seperti juga kita (Yoh. 5:19, 30; 8:28; 14:10). Dia benar-benar menjadi salah satu dari kita.

Mohon dicatat bahwa pengosongan diri-Nya adalah perbuatan sukarela. Tidak ada yang memaksa-Nya menjadi manusia. Dia memilih berbuat demikian. Pada titik pengosongan diri Kristus secara sukarela ini kita temukan fokus dan kekuatan pencobaan-pencobaan-Nya. Jika musuh mampu membuat Yesus "mengisi" diri-Nya sekali saja dan membuat-Nya menggunakan kuasa "tersembunyi-Nya," maka peperangan itu sudah usai, dengan Setan sebagai pemenang. Ellen White mengemukakan bahwa "baginya sulit untuk menjaga agar tetap pada tingkat manusia sebagaimana sulit bagi manusia untuk bangkit lebih tinggi daripada tingkat rusak akhlak mereka yang rendah, dan menjadi bagian dari sifat ilahi" (Review and Herald, 1 April 1875).

Di dalam pencobaan-pencobaan Kristus, kita temukan inti diri kita juga. Inti pencobaan pribadi saya tiap hari adalah berhenti bergantung pada Allah dan merasa diri sudah mampu menanggulangi segala-galanya sendiri, menjadi ilah kehidupan saya.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan