INJIL DIPERKENALKAN

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Matius 5:6).

Dengan Ucapan Bahagia keempat, kita sudah mencapai titik balik yang penting. Dua yang pertama menunjukkan sebuah penolakan dari kelemahan manusia dan dosa kita, sementara yang ketiga mengekspresikan kerendahan hati umat Kristen karena kelemahan itu. Keempat, sebagai kontras, adalah berbalik menuju ke aspek positif Kekristenan. Itu adalah sebuah rasa lapar dan haus untuk bersikap benar bersama Allah dan menjadi seperti Dia.

Dengan demikian, kehidupan Kristen lebih daripada sekadar berduka atas dosa-dosa masa lalu. Itu juga merupakan suatu hasrat intens terhadap kebenaran sekarang dan masa depan.

Ucapan Bahagia keempat adalah salah satu janji-janji Alkitab. Mereka yang merasa lapar dan dahaga akan kebenaran "akan dipenuhi." Janjinya bukan "kemungkinan" diisi, tetapi "akan." Itulah berita baik yang berdiri pada titik vokal Perjanjian Baru.

Kebenaran adalah sebuah kata dengan lebih dari satu arti. Dalam Ucapan Bahagia keempat, kata itu secara tidak langsung mengutarakan kemuliaan yang tinggi sebagai orang benar dengan Allah dalam hubungan dan menjadi seperti Dia dalam karakter.

Manusia secara menyedihkan gagal dalam kedua upaya itu. Paulus menyatakannya secara ringkas ketika dia mencatat bahwa "semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm. 3:23). Memahami kenyataan itu dalam perjalanan pribadi kita menerangkan semua tentang kemiskinan rohani dan berdukacita. Mereka yang dipimpin Roh akan mendapatkan rasa tidak berharga yang mendalam bahwa mereka tak berkuasa untuk melakukan apa pun mengenai hal itu. Justru karena ketidakberdayaan itu Paulus bersukacita bahwa kita “oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (ayat 24).

Tetapi penempatan Ucapan Bahagia keempat, antara ucapan-ucapan yang berkaitan dengan hubungan orang-orang dengan Allah (Mat. 5:3-5) dan ucapan-ucapan yang menyorot tanggung-jawab mereka terhadap orang-orang lain, menunjukkan kebenaran dalam Ucapan Bahagia lebih daripada sekadar pembenaran melalui iman. Ini juga secara tidak langsung menyatakan bersikap benar bersama Allah dalam tabiat, seperti ditunjukan kenyataan bahwa mereka yang menerima kasih karunia-Nya yang dibenarkan Allah kemudian dengan serta merta diutus keluar untuk melayani dunia dengan bersikap bermurah hati (ayat 7).

Dengan demikian, diisi dengan kebenaran berhubungan dengan pembenaran dan pengudusan. Injil Kristus bukan saja menyelamatkan kita dari hukuman, dosa, tetapi juga kuasanya yang mengendalikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan daripada menjadi tukang rumpi dan dibenci orang, Allah ingin menjadikan saya seorang pembawa damai (ayat 9). Daripada hawa nafsu, Dia ingin menanamkan pada saya kesucian hati (ayat 8). Allah menginginkan saya supaya seperti Dia dalam karakter. Maka, kata “kebenaran” dalam Ucapan Bahagia keempat menjembatani kedua bagian Ucapan Bahagia itu.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan