MEMPERKENALKAN PERUMPAMAAN ANAK YANG HILANG
“Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: ‘Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka’” (Lukas 15:1,2).
Kita sekarang tiba pada pasal yang paling saya sukai di dalam Alkitab, Lukas 15, dengan gambaran yang begitu jelas tentang sesuatu yang hilang dan ditemukan sebagaimana adanya. Domba yang hilang, mata uang yang hilang, dan anak laki-laki yang hilang menjadi pokok utamanya. Tetapi kita tidak akan mengerti maksud pasal ini jika kita tidak mampu melihat peran utamanya: “Sang Penemu” agung, yang Timothy Keller sebut “Allah yang boros,” Allah yang mengambil risiko bagi diri-Nya sendiri dan melimpahkan kasih karunia bagi domba yang bodoh, mata uang yang tidak berguna, dan anak laki-laki yang memberontak; Allah yang mengasihi dan memberikan diri-Nya melebihi segala ukuran.
Pribadi utama dalam Lukas 15 adalah Allah, dan kata kunci membuka artinya adalah “bersungut-sungut.” Yesus memperkenalkan ketiga perumpamaan di mana para ahli Taurat dan orang-orang Farisi bersungut-sungut bahwa Yesus sudah menerima para pendosa dan makan bersama mereka (ayat 2), dan adegan terakhir menunjukkan anak sulung yang bersungut-sungut dan mengeluh tentang kasih karunia yang sang ayah berikan bagi anaknya yang lebih muda dan pemberontak itu.
Bersungut-sungut adalah kata penting dalam kisah Injil. Dalam Lukas 5:30, misalnya, kita menemukan para pemimpin Yahudi bersungut-sungut tentang murid-murid dan Yesus karena mereka bersekutu dengan orang-orang yang perlu diselamatkan. Dan di Lukas 19:7, mereka bersungut-sungut karena Yesus pergi ke rumah Zakheus. Dan tentu saja, ada perikop terkenal itu dalam Wahyu 12:10, yang mengidentifikasi Iblis sebagai pendakwa, bapa dari semua yang bersungut-sungut.
Walau gagasan bersungut-sungut membingkai kisah Lukas 15, namun tema utama pasal itu adalah tiga perumpamaan yang semua berisi sukacita.
Di akhir pasal itu, kita menemukan tiga jenis kehilangan, dua macam pencarian, dan dua jenis cara merespons kasih karunia Allah. Melalui perumpamaan-perumpamaan itu, kita mendapat pelajaran tentang kehilangan dan ditemukan. Namun di sini kita perlu melihat kepada dua jenis respons. Menurut Yesus, para anggota gereja dapat dibagi ke dalam dua jenis: Mereka yang bersukacita, dan mereka yang bersungut-sungut. Yang bersungut-sungut adalah mereka yang tak habis-habisnya mengeluh tentang para anggota lain, khotbah, gembala, dan tentang satu sama lain. Mereka tidak bisa melihat Allah karena mereka berfokus pada apa yang salah. Kemudian ada yang bersukacita, yang menyanyi dengan bersemangat dan berdoa dengan kegembiraan besar. Mengapa? Karena mereka mengenal Allah kasih karunia yang pemurah, yang memberi tanpa batas, bekerja di antara mereka.