PERUMPAMAAN:TEKNIK MENGAJAR YANG MENYELIDIK
“Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.... Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar” (Matius 13:10-16).
Di sini ada pernyataan yang membingungkan. Apakah Yesus sesungguhnya mengatakan bahwa Dia mengajar dengan perumpamaan untuk menyembunyikan kebenaran dan bukan menjelaskannya kepada semua pendengar-Nya? Apakah maksud-Nya ketika Dia memberitahu murid-murid-Nya, “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun” (Mrk. 4:11,12)?
Versi Markus lebih membingungkan daripada versi Matius. Yohanes dan Yesus, duanya membawa pelayanan ke depan umum dengan seruan untuk bertobat. Apakah Yesus berbicara melalui perantaraan perumpamaan untuk membuat gagasan-gagasan lebih jelas atau untuk mengacau-balaukan dengan cara sedemikian rupa, sehingga orang tidak mampu mengerti dan bertobat?
Pernyataan-pernyataan Yesus telah menyulitkan orang-orang sepanjang masa. Pernyataan-pernyataan itu tampaknya justru bertolak-belakang dengan alasan-Nya menggunakan perumpamaan.
Salah satu cara memecahkan masalah itu adalah, bahwa Yesus berbicara kepada setidaknya empat kelompok orang di antara para pendengar bersamaan: (1) kedua belas murid, (2) kelompok pengikut lebih besar yang kepercayaan mereka tidak stabil, (3) “orang banyak,” termasuk banyak yang ingin tahu tetapi belum tentu percaya, dan (4) para lawan-Nya.
Di dalam konteks seperti itu perumpamaan berfungsi memisahkan para hadirin antara mereka yang sungguh berminat dan mereka yang mencari hiburan. Yesus menggunakan perumpamaan sebagai metode agar para pendengar-Nya mengeerti apa yang dibicarakan dan menggumuli topik itu dalam pikiran mereka, sehingga mereka bisa mengerti lebih dalam. Ia menginginkan mereka berpikir sampai mengerti maksud yang ada di dalam cerita itu.
Sebaliknya, sebagaimana diutarakan William Barclay, “Perumpamaan itu menyembuyikan kebenaran dari mereka yang entah terlalu malas untuk berpikir atau terlalu buta melalui syakwasangka untuk melihat.” Metode mengajar ini menjadi semacam penghakiman karena memisahkan lalang dari gandum, mereka yang berpikiran duniawi dan mereka yang berpikiran rohani.
Pelajaran: Allah menginginkan saya bergulat dengan kebenaran-kebenaran besar Firman-Nya.
0 komentar :
Post a Comment