BERDUKA ATAS KEPAPAAN

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur" (Matius 5:3-4).

Bagian permulaan profil karakteristik Kristen adalah miskin di hadapan Allah. Dalam Perjanjian Lama, kemiskinan memiliki makna tambahan yang Kitab Suci identifikasi dengan kebergantungan yang sederhana kepada Allah. Kalau mereka yang kaya dan berkecukupan cenderung bergantung pada kekuatan mereka sendiri, maka yang miskin hanya dapat memandang kepada Tuhan untuk keselamatan dan bantuan saat kesusahan.

Dalam Perjanjian Baru, mereka yang "miskin di hadapan Allah" yang berdiri dengan si pemungut cukai dalam perumpamaan Yesus, menangis dalam keadaan rendah mereka, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini" (Luk. 18:13). Orang itu merasakan kepapaannya yang berat sekali dipikul, bahwa dia tidak dapat mempersembahkan apa-apa kepada Allah. The New English Bible membantu kita mengerti makna ucapan bahagia yang pertama itu, dengan menerjemahkannya sebagai "Berbahagialah mereka yang mengetahui kebutuhan mereka akan Allah.”

John R. W. Stott menuliskan bahwa “para pemungut cukai dan pelacur, mereka yang ditolak masyarakat, yang mengetahui bahwa mereka begitu miskin sehingga mereka tidak dapat mempersembahkan apa-apa dan tidak dapat mencapai apa-apa" adalah ahli waris kerajaan, dalam kisah Injil. "Yang hanya dapat mereka lakukan adalah berseru kepada Allah untuk belas kasihan; dan Dia mendengar seruan mereka." "Merekalah," Yesus berjanji, "yang empunya Kerajaan Surga."

Setelah mengenal ketidakberdayaan dan kemiskinan rohani kita, langkah berikutnya adalah kesedihan pertobatan, digambarkan dalam ucapan bahagia kedua sebagai dukacita. Mengakui kemiskinan rohani kita adalah sesuatu yang berbeda dari berdukacita karenanya. "Dukacita di sini memperlihatkan kesedihan hati yang sesungguhnya karena dosa" (Thoughts From the Mount of Blesing, hlm. 9).

Dengan demikian kehidupan Kristen bukanlah terdiri atas sukacita dan tawa selalu sebagaimana beberapa pihak menginginkan kita percayai. Umat Kristen meratap atas kekurangan-kekurangan mereka, kelangkaan-kelangkaan di dalam kehidupan mereka yang membawa Kristus ke kayu salib.

Berita baiknya dari kedua ucapan bahagia itu bukan saja para pengikut Kristus mewarisi kerajaan tetapi bahwa mereka juga akan dihibur. Penghiburan itu adalah penghiburan ganda- sekarang dan di masa mendatang.

Pada satu sisi umat Kisten telah dihibur oleh pengampunan dan kepastian bahwa mereka akan diselamatkan. Tetapi yang terbaik dari semua penghiburan itu masih akan tiba ketika Yesus datang di tengah awan-awan untuk membawa umat-Nya pulang. Pada saat itu mereka yang telah mati di dalam Kristus akan Dia angkat dari kematian, sedangkan “kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan” (1 Tes. 4:16,17). Nah, itulah penghiburan yang sesungguhnya.

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan