TIDAK TAKUT LAGI

Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Matius 10:28).

Lagi-lagi tidak takut! “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa.” Menyimaknya dalam konteks Matius 10, mereka yang dapat “membunuh tubuh” adalah para penganiaya yang akhirnya nanti mengeksekusi atau menghabisi nyawa para murid (ayat 17-23). Para penindas itu kemungkinan akan dapat membinasakan orang tetapi mereka tidak akan dapat menghancurkan pribadi itu selama-lamanya. Karena setelah mengikuti kematian dan tidur di dalam kubur (Dan. 12:2), maka akan tiba kebangkitan (1 Tes. 4:13-18).

Pengharapan akan kebangkitan itulah yang membuat para murid yang pengecut tidak takut. Setelah mereka bertemu Kristus yang dibangkitkan yang menyatakan bahwa Dia memegang kunci maut dan kubur (Why. 1:18) dan menyadari bahwa Dia telah bangkit, maka mereka juga akan demikian, mereka menjadi tidak takut sama sekali.

Penginjilan mereka mengutamakan kabar bahwa Yesus bukan saja mati, tetapi Dia dibangkitkan pada hari ketiga (1 Kor. 15:1-4). Kebangkitan-Nya menjadi jaminan mereka sendiri di akhir zaman (ayat 51-53)- Kristus yang dibangkitkan itu menjadi tema pekabaran rasuli (Kis. 2:24; 3:15; 5:30). Pengharapan itu membuat para rasul “tidak mengenal takut.” Mereka “tidak takut” karena musuh-musuh mereka dapat membunuh tubuh mereka tetapi tidak dapat menghancurkan mereka sebagai perorangan. Dengan demikian mereka memiliki "tidak takut” karena adanya pengharapan kebangkitan.

Sebaliknya, ada Satu yang harus kita takuti. Yaitu “Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”-Allah sendiri. Di sini kita perlu melihat kata “jiwa.” Alkitab tidak mengikuti kepercayaan Yunani bahwa perorangan terdiri atas tubuh yang materi dan jiwa yang abadi. Sebaliknya, keabadian adalah sifat Allah sendiri (1 Tim. 6:16) yang tidak akan dilimpahkan kepada para pengikut Kristus sampai kebangkitan pada Kedatangan Kedua Kali (1 Kor. 15:51-53).

Sementara itu, jiwa hanyalah sekadar pribadi keseluruhan. Dengan demikian kita menemukan dalam Kejadian 2:7 bahwa “TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah [aspek materi] dan menghembuskan nafas hidup [atau roh] ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Jiwa itu tidak kurang dan tidak lebih adalah makhluk hidup atau orang. Dan hanya Allah yang dapat menghapus seseorang secara kekal, suatu perbuatan yang disebut “kematian kedua,” hukuman yang jahat di dalam telaga api yang seutuhnya menghancurkan mereka pada akhir milenium.

Karena mereka melayani Allah, maka umat Kristen bisa mempunyai tidak takut," bahkan di tengah-tengah kesulitan dan masalah.
 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan