Bersatu dalam Kristus


"Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah" (1 Petrus 2 :5).

Pembangun Bait Suci melibatkan 80.000 orang yang, memahat batu dan 70.000 yang membawa beban (1 Raj. 5:15, 16). Betapa besar tenaga kerja yang dibutuhkan! Dan pemahat batu menggali lebih dan satu gunung. Mereka memahat batu, dari berbagai sumber, memastikan agar batu bangunan tidak hanya memiliki bentuk yang berbeda tetapi juga tekstur, warna, dan komposisi yang berbeda.

Begitu pula dengan jemaat Allah yang hidup. Mereka terdiri dari orang-orang yang diselamatkan dari semua lapisan masyarakat. Bahkan ketika umat Israel adalah satu-satunya pewaris Injil, status “umat istimewa” mereka menyertakan perintah untuk menjadi saksi kepada bangsa-bangsa di sekitar mereka dan mengadopsi dengan perlakuan khusus “orang asing yang di tempat kediaman mereka” (Kel 20:10).

Tentu saja, universalitas kerajaan Allah di bumi dianggap dengan penekanan khusus terhadap menyingsingnya dispensasi Kristen, Perintah Kristus untuk “Pergilah ke seluruh dunia,” (Mrk. 16:15) disertai dengan janji-Nya dan jaminan-Nya—”dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi; Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” (Yoh. 12:32).

Mandat yang penuh daya kuasa ini digenapi zaman ini dalam pekerjaan umat-Nya yang sisa yang, dalam semangat malaikat Wahyu 14:6,7, dengan lantang memberitakan Injil ke seluruh dunia. Buah dari kesaksian mereka terlihat melalui hamparan luas orang percaya yang berbeda budaya, bahasa, temperamen, kebiasaan, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang membangun Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.

Bagaimanakah mungkin gereja mempertahankan kesatuan doktrin dan fungsi terlepas dari perbedaan ini? Kita disatukan dalam kasih Kristus. Kasih-Nya menundukkan kesukuan kita menghapus kebanggaan kita akan tempat, dan meluluhkan individualisme ego kita. Dengan demikian ketika kita memang “batu hidup” kadang kala cenderung memanjakan individu atau kelompok prioritas kita atau berpikir bahwa cara kita lebih baik daripada orang lain, pengabdian kita kepada-Nya membawa dukacita Ilahi, saling merendahkan diri, dan bertobat.

Kita harus mengakui bahwa menunjukkan "kesatuan dalam keragaman” kita adalah saksi bagi masyarakat yang belum sempurna diterapkan dan memohon karunia besar itu dengan rendah hati akan memenuhi doa Kristus: “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.” (Yoh. 17:23).

0 komentar :

Post a Comment

 
RENUNGAN GMAHK © 2016. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top
close
Banner iklan